Fesyen menjadi satu cara bagi seseorang menunjukkan jati dirinya. Barang-barang fesyen seperti baju, tas, dan sepatu kini tidak hanya dijadikan penunjang penampilan. Tapi, semuanya menjadi kesatuan untuk menjadi identitas seseorang. Namun, jarang ada yang mengetahui kisah di balik pakaian dan aksesori yang dipakai.
Kini, untuk tampil gaya dan menarik, tidak lagi perlu membeli barang yang bermerek. Bahkan, kita bisa menjadi memberikan dampak sosial yang baik ketika mencoba stylish. Bagaimana caranya? Hal itu bisa dilakukan dengan membeli produk dari para pengusaha mikro, kecil dan menengah (UKM). Beberapa produk hasil UKM Indonesia kini kualitasnya tidak lagi perlu diragukan.
Empat dari banyak UKM di bidang fesyen ikut menjadi binaan Bank DBS Indonesia melalui DBS Foundation. Mereka di antaranya Du’Anyam, Mycotech, SukkhaCitta, dan Toraja Melo.
1. Akesori dari Jamur Tempe
Masih banyak material fesyen berbahan dasar kulit hewan. Namun, untuk memproduksi fesyen item dari bahan dasar kulit hewan, banyak bahan kimia diperlukan dalam prosesnya. Hal tersebut membuat potensi pencemaran lingkungan meningkat. Karena itu, Mycotech, wirausaha asal Bandung menggunakan limbah pertanian berbahan dasar jhamur tempe untuk pengganti kulit dan menamakannya Mylea (Mycelium Leather). Dalam proses produksi ini, mereka mengajak petani berskala kecil untuk menjadi rekan dan memberikan mereka penghasilan tambahan dari limbah pertanian yang sebelumnya tidak pernah dianggap berharga.
2. Tas Anyaman Klasik Karya Para Ibu di Flores
Indonesia bagian Timur dikenal dengan keindahan alam yang memanjakan mata. Namun, di balik keindahan itu, masih ada hal lain yang bisa dibanggakan, yaitu kerajinan khas daerah. Salah satu yang menarik adalah anyaman dari Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Melihat potensi yang ada, Du’Anyam, wirausaha asal Jakarta memperkenalkan budaya anyaman Flores ke masyarakat luas dengan desain yang mnodern dan stylish. Tidak hanya melestarikan budaya, langkah yang dilambil Du’Anyam juga membantu pemberdayaan perempuamn di daerah pedesaan.
3. Pakaian dari Bahan Organik
SukkhaCitta menghadirkan ragam pakaian serta aksesoris yang timeless, sederhana, dan tahan lama hasil pengrajin dari desa di daerah Jawa dan Flores. Kain yang dihasilkan merupakan kain dan pakaian premium. Selain itu, mereka menggunakan bahwan organik serta pewarna alami. SukkhaCitta menerapkan zero waste sehingga limbah darin proses produksi pakaian tidak mencemari lingkungan.
4. Kain Tenun Toraja untuk Busana Sehari-hari
Tenun Toraja biasa digunakan pada acara-acara besar atau kepentingan tertentu. Namun, kini bisa menjadi pilihan untuk dipakai sehari-hari. Merek Toraja Melo menyulap kain ini untuk dapat digunakan sehari-hari. Dengan misi melestarikan kain tenun tradisional, mereka melakukan pendekatan kepada pelanggan dengan cara berbeda. Awalnya, merek ini memang membawa misi pengentasan tingkat kemiskinan dengan mata pencaharian berkelanjutan bagi penduduk desa yang menciptakan produk tenunan tangan berkualitas.
Keempat fashion item tersebut merupakan hasil karya anak bangsa yang memberikan dampak sosial nyata dan juga memajukan UKM Indonesia. Berawal dari permasalahan sosial yang ada di sekitar mereka, Du’Anyam, Mycotech, SukkhaCitta dan Toraja Melo memulai bisnis mereka untuk memberikan dampak sosial nyata bagi para pengrajinnya. Keempat bisnis tersebut tidak hanya memfokuskan dari sisi bisnis itu sendiri, namun juga bagaimana melestarikan warisan lingkungan dan warisan budaya yang ada.