iGrow, startup bidang pertanian organik mengumumkan pihaknya memperoleh seed funding dari East Ventures dan 500 Startups. Investasi benih ini akan mempercepat misi iGrow untuk dapat menanam pertanian organik di seluruh dunia.
iGrow memungkinkan seseorang untuk bertani tanpa harus memiliki lahan ataupun kemampuan bercocok tanam. Melalui platform yang dikembangkannya, iGrow menyajikan pilihan benih dan lahan yang dapat dijadikan investasi untuk ditanam oleh pengguna secara online.
Dalam hal ini, iGrow menjalin kerja sama dengan para petani dan pemilik lahan. Sistem akan mengakomodasi Sertifikat Kepemilikan Pohon (SKP) untuk penggunanya. Secara umum, iGrow menyebut layanan tersebut sebagai Kepemilikan Kebun Produktif (KKP).
Jim Okhlahoma, Chief Business Development Officer iGrow mengatakan, saat ini pihaknya tengah menggarap lahan pertanian lebih dari 1000 hektare di berbagai tanah yang tak dimanfaatkan.
“Masih ada 16 juta hektare lahan yang belum digrap maksimal untuk pertanian di Indonesia. Oleh karena itu, kami percaya ada peluang yang sangat besar di negeri ini,” papar Jim.
Jim melanjutkan, pihaknya bakal menjajaki kerja sama dengan mitra lokal untuk membuka lahan pertanian di Indonesia dan negara lain pada akhir tahun ini.
Perusahaannya sangat mengincar Turki, karena dianggap dapat menjadi tempat terbaik untuk menanam buah zaitun, salah satu tanaman yang ditanam iGrow saat ini.
Begitu juga dengan Jepang yang menjadi pilihan yang menarik untuk menanam buah dan sayuran.
“Kami menghubungkan tiga kepentingan yang paling penting dalam pertanian, yakni pasar, keterampilan, dan modal. Model ini secara komprehensif memungkinkan lahan yang tidak dimanfaatkan untuk ditanami tanaman organik, dan mampu memberdayakan petani untuk meningkatkan pendapatan mereka, ” kata Andreas Senjaya, CEO iGrow.
Pertanian organik menjadi suatu market yang menarik, namun sayang, kata Andreas, Indonesia masih menerapkan model pertanian dengan cara-cara konvensional.
Menurut The Research Institute of Organic Agriculture FiBL, ada 43,7 juta hektare lahan pertanian organik, dengan 2,3 juta produsen yang tersebar di penjuru dunia pada tahun 2014.
Sedangkan permintaan produk makanan dan minuman organik mencapai US$ 80 miliar pada tahun tersebut. Pasar global untuk makanan dan minuman organik ini tumbuh lima kali lipat dalam kurun waktu 1999-2014, dan pertumbuhannya diproyeksi akan terus berlanjut.
Editor: Sigit Kurniawan