Pemanfaatan Big Data mulai dirasakan manfaatnya di industri kesehatan. CEO PT Mestika Farma Steve Yang mengatakan, bagi pemilik rumah sakit, Big Data mampu meningkatkan layanan pasien.
“Misalnya, bagaimana pasien tidak mesti menunggu lama ketika ingin bertemu dokter,” katanya kepada Marketeers seusai menjadi pembicara di Data for Life 2016 di Ritz-Carlton Pacific Place beberapa waktu lalu.
Sementara itu, di bidang asuransi, Big Data juga mampu mendeteksi fraud, khususnya ketika ada nasabah yang melakukan double claim. “Asuransi juga bisa mengurangi biaya klaim. Jangan-jangan, ada obat yang semestinya tak perlu, namun diresepkan oleh dokter,” tutur Steve.
Salah satu perkembangan Big Data terbesar di industri kesehatan adalah data genomik, atau data mengenai informasi genetik yang dimiliki manusia. Data ini dinilai menjadi cikal bakal lahirnya genomic medicine atau akrab disebut personalized medicine (pengobatan berbasis personal).
“Dua puluh tahun lalu, biaya melakukan blue print genom manusia sebesar US$ 1 miliar. Kini, biayanya US$ 1.000. Artinya, makin tahun, teknologi makin murah. Sehingga data yang diperoleh semakin banyak,” ceritanya.
Lewat analisis data genom, seorang dokter dapat menghasilkan prediksi yang lebih tepat mengenai obat apa yang sesuai dengan metabolisme tubuh orang itu. Dengan menganalisis itu, model bisnis industri kesehatan pun dapat berubah, tidak lagi berbasis kuratif (penyembuhan), melainkan preventif (pencegahan).
“Misalnya, si A melakukan medical check up di dokter. Lalu, dari analisis metaboliknya, si A dinilai sering duduk. Jika dikombinasikan dengan data genomic, A berpeluang diabetes 75% dalam waktu lima tahun,” imbuh Steve menerangkan.
Dia melanjutkan, “Berdasarkan data tersebut, dokter selanjutnya akan bekerja sama dengan nutrisionis untuk membuat suplemen khusus untuk dikonsumsi si A. So. it’s very personal.”
Dari contoh tersebut, Steve menuturkan bahwa apabila analisis data genom semacam itu bisa terealisasi, setidaknya industri kesehatan mengalami wajah baru yang lebih efisien, presisi, dan kolaboratif.
“Dengan analisis data genom, industri akan mengarah pada pengobatan preventif. Sebelum penyakit terjadi, industri memberikan treatment. Selain lebih efisien, ini memberikan tanggung jawab kepada pasien untuk menjaga kesehatannya,” pungkasnya.
Editor: Sigit Kurniawan