Hingga saat ini, kompetisi bola basket antarpelajar Honda DBL telah menyentuh lebih dari dua juta anak muda. Bahkan, DBL telah berinteraksi secara aktif dengan lebih dari 10 juta orang penonton, yang tersebar di 25 kota, 22 provinsi di Indonesia. Bisa dibilang, DBL adalah liga basket terbesar dengan cakupan terluas di Indonesia.
Salah satu konsep yang dikembangkan oleh DBL saat ini adalah berkontribusi mencetak future leaders di Indonesia melalui olahraga. “Yang kami cari bukan future athlete, karena kami meyakini persentase peserta yang akan menjadi atlet professional sangat kecil. Kami justru berharap dapat mencetak anak-anak muda yang bisa menjadi future leaders di Indonesia. Oleh karena itu, kami terus berinteraksi dengan anak muda melalui olahraga,” ujar Masany Audri Direktur PT DBL Indonesia.
Masany meyakini bahwa future leaders Indonesia harus mengutamakan edukasi pendidikan formal, namun yang tidak kalah penting adalah dukungan edukasi nonformal. Olahraga merupakan platform yang sangat tepat untuk edukasi nonformal karena anak muda bisa melatih character building.
Selain itu, olahraga merupakan wadah yang sangat efektif mempersatukan banyak pihak untuk tujuan positif. “Dalam kompetisi basket kami Developmental Basketball League (DBL) misalnya, komponen yang terlibat bukan hanya pemain, namun juga ada tim dancer, guru, manajer, supporter, jurnalis sekolah, dan masih banyak lagi. Mereka semua bersatu untuk tujuan baik, dengan cara yang baik. Vibe positif ini yang membuat DBL begitu dicintai oleh banyak pihak dan menjadikannya bagian dari kehidupan anak muda Indonesia,” terangnya.
Bagi Masany, DBL bukan hanya sebuah kompetisi bagi sekolah-sekolah, tapi juga sebuah kebanggaan untuk sekolah jika terlibat di DBL. “Kami punya prinsip student athlete, student dulu baru athlete,” imbuhnya.
DBL menerapkan standar yang sangat ketat. Pelajar yang tidak naik kelas tidak boleh ikut kompetisi, begitu juga bagi pelajara yang mempunyai nilai di bawah angka tertentu tidak boleh ikut. “Jadi, sekolah sangat mendukung kami, orang tua pun demikian, dan dari sisi anak muda ini adalah kebanggaan. DBL sudah menjadi kontes yang sangat dinanti oleh setiap sekolah bahkan sekarang 1 dari 4 pelajar di Indonesia terlibat di DBL dan 1 dari 10 sekolah di Indonesia bermain di DBL,” terang Masany.
DBL saat ini bukan hanya dianggap sebagai kompetisi dan tontonan, namun juga bagian dari hidup anak muda di banyak daerah di Indonesia. Oleh karena itu, interaksi DBL bukan hanya melalui kompetisi, tapi juga banyak melakukan gathering, kompetisi kecil, basketball clinic, di Surabaya DBL memiliki DBL Store dan Movers Café tempat anak muda berkumpul. “Ke depannya, kami akan terus mengembangkan komunitas ini agar bisa semakin interaktif,” pungkas Masany.
Editor: Eko Adiwaluyo