Pengaruh media sosial telah berdampak pada kehidupan sehari-hari. Sayangnya, dampak media sosial tak seluruhnya positif. Bagaimana manusia mempersepsi apa yang dibutuhkan (needs) dan apa yang diinginkan (wants) dinilai berubah dengan adanya media sosial. Ini juga diakui oleh podcaster Deddy Corbuzier.
BACA JUGA: Gandeng Deddy Corbuzier, Noice Hadirkan Podcast Deddy Issues
“Jadi kita harus tahu bedanya wants dan needs. Dengan melihat media sosial secara terus menerus setiap hari, Anda tidak bisa membedakan yang mana wants dan needs. Karena yang Anda lihat 99% palsu,” ujarnya dalam acara NAS Summit 2023 yang digelar di The Langham, SCBD, Jakarta Selatan, Sabtu (11/2/2023).
Menurut penjabarannya, munculnya konten video pendek mengakibatkan arus konsumsi konten menjadi membludak. Dalam hitungan jam saja, sudah ada puluhan lebih konten yang dikonsumsi.
Dengan banyaknya konten yang dikonsumsi, hal ini menimbulkan instan dopamin dan serotonin. Tingginya instan dopamin yang masuk karena konsumsi konten membuat dopamin natural yang ada dalam tubuh menurun.
Hal tersebut membuat fungsi kognitif otak menurun, sehingga fungsi memori transaktif otak juga menurun.
“Apa yang terjadi ketika transaktif otak kita menurun? Anda mulai tidak bisa membedakan mana yang benar, mana yang salah. Mana yang harus diperhatikan dan mana yang harus dibuang,” ucapnya.
BACA JUGA: Strategi Deddy Corbuzier Membangun Brand Alpha Rules
Lebih lanjut ia memaparkan, hal itu membuat manusia yang mengkonsumsi konten media sosial secara terus menerus, akan mengalami kesulitan dalam menentukan hal yang diperlukan dan diinginkan.
“Kalau sekarang, healing di Bali menjadi kebutuhan. Healing, lho. Karena semua orang healing di Bali,” ungkapnya.
Kepalsuan konten media sosial menjadi sorotan Deddy dalam paparannya. Ia mencontohkan, ia pernah mengunggah foto saat dirinya sedang berolahraga jam 4 pagi, lantaran tidak bisa tidur.
Unggahan fotonya dibumbui kata-kata motivasi. Sontak, unggahan itu mendapat respons dari pengikutnya di media sosial.
Ia bercerita, ada salah satu pengikutnya di media sosial yang mengikuti untuk berolahraga setiap jam 4 pagi. Dan karena hal tersebut, justru bukan membuatnya sehat, malah jatuh sakit.
“Gunakan media sosial dengan bijak. Kita tahu bahwa isinya tidak selalu benar. Kalau Anda ingin membuat konten, buat konten yang positif. Ya walaupun konten saya isinya kontroversi,” ujarnya sembari guyon.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz