Aplikasi penerjemah bahasa berbasis artificial intelligence (AI), DeepL menyebutkan sebagian besar usaha mikro, kecil, dan menengah (UKM) gagal menembus pasar ekspor lantaran terkendala perbedaan bahasa. Kondisi ini membuat usaha kerakyatan memerlukan inovasi berbasis teknologi untuk mengatasi permasalahan bahasa.
David Parry Jone, Chief Revenue Officer DeepL menuturkan, berdasarkan data CSA Research menunjukkan sebanyak 76% dari pembeli online cenderung membeli produk dengan informasi yang disajikan dalam bahasa mereka sendiri. Sedangkan 76% dari pembeli online cenderung membeli produk dengan informasi yang disajikan dalam bahasa mereka sendiri.
BACA JUGA: Manfaatkan Cloud dan AI, UKM Bisa Hasilkan Rp 79,6 Triliun per Tahun
Dia menyebut, untuk mengatasi masalah tersebut, salah satu teknologi yang dapat membantu UKM memulai proses ini adalah perangkat penerjemahan berbasis AI. Perangkat ini melibatkan machine-learning otomatis yang memberikan hasil terjemahan yang akurat secara instan.
“UKM yang mampu menerjemahkan dan melokalisasi kontennya akan lebih mudah berkomunikasi dengan pelanggan dalam bahasa asli mereka. Dengan demikian, bisnis tersebut pun memiliki peluang lebih besar untuk mencapai kesuksesan berskala internasional,” kata David melalui keterangannya, Rabu (4/10/2023).
BACA JUGA: Ada 70 Juta UKM di ASEAN, Tingkat Ekspor Hanya 18%
Kita tahu, UKM di Indonesia merupakan tulang punggung perekonomian. Tercatat, setidaknya ada 64 juta UKM atau setara setara dengan 90% dari total jumlah usaha kerakyatan di Asia Tenggara (ASEAN).
Kendati demikian, kontribusi UKM terhadap total nilai ekspor Indonesia hanya sekitar 15% pada tahun 2022 dan ditargetkan menjadi 17% pada 2024. Dengan kata lain, perjalanan UKM Indonesia untuk meraih kesuksesan di pasar global masih panjang.
“Proses lokalisasi bahasa membutuhkan ketelitian dan pemahaman mendalam tentang budaya dan preferensi target pasar. Lokalisasi bisa dianggap sebagai upaya ekstra, setelah menerjemahkan inti pesan, untuk membuat brand lebih menarik dalam konteks budaya masyarakat lokal,” ujarnya.
David menambahkan, DeepL telah melakukan serangkaian penelitian inovatif terhadap pelatihan model AI untuk memecahkan tantangan dasar dalam industri mesin penerjemahan, yakni cara menghasilkan terjemahan yang akurat, serta sesuai dengan nuansa dan konteks lokal, sehingga terdengar alami. DeepL Translator memperhitungkan aspek-aspek linguistik ini, serta beragam terminologi yang secara khusus digunakan dalam industri tertentu.
“Lokalisasi bukanlah proses yang dilakukan satu kali saja, melainkan proses yang berkelanjutan, mengingat tiap pasar bersifat dinamis dan selalu berubah. Meski terdengar menantang, perangkat penerjemah berbasis AI seperti DeepL dapat membantu mengatasi hambatan finansial UKM untuk mencapai pasar global,” pungkasnya.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz