Deklarasi Hentikan Dehumanisasi dan Perusakan Lingkungan

marketeers article
Imam Besar Nasaruddin Umar mencium kepala Paus Fransiskus. Sumber foto: Indonesia Papal Visit Comittee

Foto dan video keakraban Paus Fransiskus dan Imam Besar Nasaruddin Umar sangat sarat makna. Aksi Imam Besar mencium kepala Paus dan Paus mencium tangan Imam Besar bukanlah sebatas simbolik. Namun, bagian dari komitmen untuk membangun dialog dan persaudaraan demi kemanusiaan dan lingkungan. 

Komitmen tersebut diwujudkan dalam penandatanganan kedua pemimpin agama tersebut pada Deklarasi Bersama Istiqlal 2024: Meneguhkan Kerukunan Umat Beragama untuk Kemanusiaan. Deklarasi dilakukan saat Paus mengunjungi Masjid Istiqlal, Kamis (5/8/2024) sebagai rangkaian Kunjungan Apostoliknya di Indonesia. 

Dari isinya, deklarasi tersebut mengangkat hal yang lebih jauh dari sekadar toleransi. Ada dua besar pesan dari isi deklarasi tersebut, yakni dialog untuk kemanusiaan dan lingkungan. Nilai-nilai agama, seperti tertuang dalam deklarasi, harus dimajukan secara efektif untuk mengalahkan budaya kekerasan dan ketidakpedulian yang melanda dunia. Nilai-nilai agama diarahkan untuk meningkatkan budaya hormat, martabat, belarasa, rekonsiliasi, dan solidaritas persaudaraan. Semua itu untuk mengatasi dehumanisasi dan perusakan lingkungan. 

Paus Mencium Tangan Imam Beasr
Paus Fransiskus mencium tangan Imam Besar Nasaruddin Umar. Sumber foto: Indonesia Papal Visit Committee

Deklarasi itu menyebut dialog antarumat beragama menjadi sarana efektif untuk menyelesaikan konflik-konflik sosial lokal, regional, dan internasional – khususnya konflik yang dipicu oleh penyalahgunaan agama. 

Khusus terkait lingkungan, deklarasi ini menghimbau semua orang yang berkehendak baik untuk mengambil tindakan tegas guna menjaga keutuhan lingkungan hidup dan sumber dayanya. Inilah yang akan diwariskan untuk generasi mendatang. 

“Saya mendorong Anda bersama-sama mengembangkan spiritualitas dan mengamalkan agama masing-masing dapat berkontribusi terhadap pembangunan masyarakat yang terbuka. Didasarkan atas sikap saling menghargai dan mengasihi satu sama lain mampu melindungi diri dari kekerasan hati fundamentalisme dan ekstremisme yang selalu berbahaya dan tak pernah dapat dibenarkan,” kata Paus Fransiskus. 

Paus mengingatkan bahwa perjumapaan antaragama sering terjebak pada mencari titik temu antara doktrin dan pengakuan agama yang berbeda. Kenyataannya, sambung Paus asal Argentina itu, cara ini justru sering berakhir dengan perpecahan. Sebaliknya, Paus menekankan semua pihak untuk mendekatkan diri satu sama lain dengan menyelaraskan perbedaan, meningkatkan persahabatan dan rasa saling menghargai, dan terbuka satu sama lain.

“Anda perlu berkomitmen untuk mencari kebenaran bersama dengan belajar dari tradisi agama pihak lain, bekerja sama untuk maju bersama membela martabat manusia dalam memerangi kemiskinan dan memajukan perdamaian,” kata Paus Fransiskus.

Hal senada disampaikan oleh Nasaruddin. “Pada kenyataannya, saudara-saudara kita di berbagai belahan dunia, masih ada yang menderita karena konflik. Kita juga saat ini sedang menghadapi krisis lingkungan. Perubahan iklim, pemanasan global dan masalah lingkungan lainnya yang mengancam kehidupan kita,” kata Nasaruddin. 

Paus mengakui Indonesia sebagai negara besar, mosaik budaya, suku bagsa, adat istiadat, keberagaman yang sangat kaya, yang tercermin dalam keanekaragaman ekosistem dan lingkungan sekitar.

“Dan, jika benar kalian adalah tuan rumah tambang emas terbesar di dunia, ketahuilah bahwa harta yang paling berharga adalah kemauan agar perbedaan tidak menjadi alasan untuk bertikai, tetapi diselaraskan dalam kerukunan dan rasa saling menghormati. Jangan sia-siakan anugerah ini! Jangan pernah memiskinkan diri kalian dari kekayaan yang besar ini, sebaliknya kembangkan dan wariskan terutama kepada kaum muda,” pungkas Paus Fransiskus. 

 

Related

award
SPSAwArDS