Salah satu wacana yang lama dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo adalah tol laut. Tol laut diharapkan nantinya bisa memperkuat konektivitas antara wilayah Barat dan Timur serta memperlancar aliran logistik untuk wilayah-wilayah di Indonesia. Hal ini disambut baik oleh beberapa pelaku transportasi dan logisitik, termasuk oleh PT Samudera Indonesia. Bani Mulia selaku Managing Director menganggap fokus pemerintahan pada sektor maritim secara langsung menyatakan kelebihan dan kekurangan sektor maritim di Indonesia.
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa dalam usaha peningkatan transportasi, sektor maritim perlu dibenahi, khususnya di area pelabuhan. “Masalahnya itu bukan ada di laut. Masalahnya itu ada di dermaga. Sama seperti pesawat, antrenya terjadi di bandara, bukan di langit,” ungkap Bani.
Menurut Bani, perlu adanya investasi terkait dengan masalah pelabuhan dan dermaga di Indonesia. Baginya, permasalahan dermaga ini sangat mendesak dikarenakan semua kapal perlu bersandar untuk melakukan proses bongkar muat barang. Terkait investasi, Samudera Indonesia sudah melakukannya. Saat ini, Samudera Indonesia sudah memiliki empat anak perusahaan yang memiliki Badan Usaha Pelabuhan, di antaranya berada di Tanjung Priuk dan Palaran, Samarinda.
Pada tahun 2003, Samudera Indonesia turut membangun sebuah dermaga di Tanjung Priok, yakni Dermaga Serbaguna Nusantara yang saat ini masih dikelola oleh anak perusahaan mereka PT Prima Nur Panurjwan dengan durasi kontrak selama 15 tahun. Selain itu, mereka juga turut membangun pelabuhan di Palaran, Samarinda. Pelabuhan ini dimulai pada tahun 2010 dengan durasi konsesi sebanyak 50 tahun.
“Meskipun aslinya bergerak pada pelayaran, kami sudah memperluas ke bidang yang terkait yang dapat kami kelola, yaitu pelabuhan. Hal ini sudah kami lakukan jauh sebelum program Pak Jokowi. Sejak awal tahun 1990an, kami sudah ikut mengelola pelabuhan,” tutup Bani.