Dengan Dua Hal ini, PELNI Bangun Sumber Pendapatan Baru

marketeers article

PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) atau yang lebih dikenal PELNI memiliki banyak tantangan dalam menjalankan bisnis serta tugas negaranya sebagai perusahaan BUMN. Mulai dari tren penumpang kapal yang mulai beralih ke angkutan udara hingga bisnis kargo yang tidak pernah terisi penuh lantaran ditugaskan di daerah yang sulit. Di panggung BUMN Marketeers Club yang digelar di kantornya, Direktur Utama PELNI Insan Purwarisya L. Tobing pun membagikan cerita mereka dalam membangun sumber pendapatan baru. Seperti apa?

“Kini, penumpang kami yang pendapatannya telah bertambah, telah berpindah dari menggunakan armada kapal laut ke pesawat terbang. Tugas kami adalah menarik mereka kembali untuk naik kapal. Di samping itu, kami juga harus jeli membangun sumber pendapatan baru. Bisnis kargo dan lifestyle jadi andalan kami,” ujar Insan, Jumat (13/7/2018).

Hingga saat ini, Pelni memiliki 26 kapal penumpang, delapan kapal barang, dua kapal ternak, dan 46 kapal perintis. Di bisnis kargo, PELNI mendapatkan tantangan baru lantaran ditempatkan di trayek yang telah ditetapkan pemerintah. Dari delapan kapal barang yang mereka miliki yang berisi 150-350 kontainer, hanya sekitar 30% yang terisi. Trayek di daerah pedalaman memang menjadi tantangan.

Melihat kondisi ini, PELNI pun mencoba membuat kondisi, kapal penumpang dirancang untuk bisa membawa kargo. Konsumen pun lebih senang barangnya dikirim oleh kapal penumpang karena memiliki jadwal yang jelas dan kecepatan kapalnya lebih tinggi, yakni 3x lebih cepat dari kapal kargo. Sebagai gambaran, pengiriman dari Jakarta ke Jayapura bisa hanya memakan waktu 5 hari. Dan, ada tidak ada penumpang tetap berlayar.

Tidak sampai di situ, secara sederhana bisnis PELNI hanya di lingkup dari pelabuhan ke pelabuhan atau dari dermaga ke dermaga. Namun, kalau dilihat biaya transportasi dari dermaga ke dermaga hanya memakan 19% dari total biaya logistik perusahaan. Biaya yang besar datang dari perjalanan produsen ke dermaga dan dermaga ke konsumen akhir. PELNI pun melihat kondisi ini sebagai peluang.

PELNI  pun membuat diversifikasi bisnis, seperti layanan bongkar muat, tracking, warehouse, dan proses kargo lain juga dimanfaatkan. Selanjutnya, PELNI buat anak-anak usaha. Pelni Logistik salah satunya.

“Dari kondisi ini, cukup besar yang bisa kami peroleh. Selain kami punya cadangan untuk bisnis kelogistikan kami sendiri, kami juga bisa melayani pihak lain. Ini cara kami untuk berubah. Kami pun membangun positioning sebagai penyedia jasa pelayaran. Ke depan, kami harapkan bisnis kargo ini bisa menyumbang sebesar 35% dari pendapatan PELNI,” tutup Insan.

Related