Dentsu Indonesia: Potensi Pasar Periklanan Diperkirakan Tumbuh 14%
Perusahaan marketing services network, Dentsu Indonesia mengungkapkan potensi pasar periklanan di di Tanah Air terus bertumbuh setiap tahunnya. Tercatat, setiap tahun rata-rata pertumbuhannya di angka 10% hingga 14%.
Janoe Arijanto, Vice President Dentsu Indonesia mengungkapkan berkaca pada kinerja tahun lalu, nilai bisnis industri periklanan sebesar Rp 250 triliun. Sebagian besar pengiklan memilih media digital sebagai sarana untuk memasang iklan.
“Potensi pasar perikanan di Indonesia itu sangat besar setiap tahun selalu tumbuh 10% hingga 14%. Beberapa tahun lalu sempat turun karena pandemi COVID-19 di kisaran angka 8% sampai 10%, tapi sekarang kondisinya sudah semakin baik dan didorong juga oleh platform digital,” ujar Janoe dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (29/9/2022).
Menurutnya, besarnya potensi periklanan makin didukung oleh pertumbuhan ekonomi digital. Diperkirakan pada tahun 2025 nilai ekonomi digital di Tanah Air mencapai US$ 146 miliar.
Janoe menyebut perusahaannya akan turut memperebutkan gurihnya kue periklanan di Indonesia. Upaya ini dicapai dengan melakukan integrasi tiga pilar bisnis utama, yakni big data, industri e-commerce, dan web 3.0.
“Kami percaya bahwa menumbuhkan kemajuan dan perkembangan yang stabil dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat secara luas. Termasuk dalam Dentsu Connect 2022, di mana kami turut mengajak para pelaku industri menanamkan inisiatif baik yang dapat membangun dan memberikan dampak yang kuat bagi, bagi lingkungan dan kehidupan sosial,” ujarnya.
Hal yang sama juga sebelumnya diungkapkan oleh perusahaan riset pemasaran, Nielsen Indonesia yang melaporkan belanja iklan pada semester I tahun 2022 mengalami kenaikan sebesar 7% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Adapun nilai belanja iklan pada enam bulan pertama mencapai Rp 135 triliun berdasarkan gross rate card.
Hellen Katherina, Direktur Eksekutif Nielsen Indonesia menuturkan TV masih mendominasi dengan porsi belanja iklan sebesar 79,2% atau tumbuh lebih dari 8% dari total belanja iklan mencapai Rp 107,5 triliun. Selanjutnya, diikuti platform digital dengan porsi 15,2%, naik lebih dari 6%, atau belanja iklan mencapai Rp 20,5 triliun.
“Akan tetapi, terjadi kontraksi terjadi pada media cetak dengan penurunan menjadi 4,8% dan radio menjadi 0,3%. Selama semester pertama 2022, kategori layanan online menjadi pembelanja terbesar dengan total belanja iklan hingga 69% atau sebesar Rp 28,5 triliun,” ujar Hellen.
Editor: Ranto Rajagukguk