Pekerja Asia Lebih Banyak Bekerja Lebih dari 60 Jam/Minggu

marketeers article

Dikenal dengan fenomena “Karoshi” (death from work), Jepang telah banyak berduka lantaran warga negara mereka yang menjadi korban waktu kerja yang berlebihan. Bercermin dari Jepang, sepatutnya setiap negara memiliki hukum yang jelas terkait pola kerja. Namun, Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) menemukan masih ada para pekerja di sejumlah negara yang bekerja lebih dari 60 jam per minggu, terutama wilayah Asia. Lalu, di mana saja negara tersebut?

Dilansir dari Forbes.com, Turki menempati posisi pertama sebagai negara dengan jumlah karyawan terbanyak yang bekerja lebih dari 60 jam per minggu. Data dari OECD ini menunjukkan hampir seperempat karyawan Turki bekerja 60 jam lebih per minggu dalam pekerjaan utama mereka.

 

Usai Turki, sejumlah negara di Asia nampak bertengger dalam peringkat ini. Catatan buruk atas pola kerja di wilayah Asia ini terlihat jelas. Di posisi kedua, ada Korea Selatan yang disusul oleh Indonesia di posisi ketiga, dan India di posisi keempat.

Pola kerja keras yang mengakar dalam budaya Jepang tidak selalu memberikan dampak positif. Kasus bunuh diri, kematian karena stres, penyakit jantung atau stroke yang tinggi mendorong pemerintah Jepang untuk melakukan perbaikan.

Beberapa waktu terakhir, Jepang telah mencoba menekan dan mengubah sikap terhadap jam kerja yang panjang. Hasilnya, Jepang setidaknya berhasil menduduki posisi ke-enam setelah Yunani.  Meski demikian OECD menemukan 9,2% pekerja di Jepang masih bekerja lebih dari 60 jam setiap minggu.

Menyusul Jepang, China bertengger diposisi ke-tujuh dengan persentase 5.8%. Fakta mengejutkan justru terlihat dari Amerika Serikat. Negara yang kerap dipandang sebagai negara pecandu kerja ini justru menunjukkan jm kerja panjang sebagai fenomena langka. Hanya sekitar 3.8% penduduk AS yang bekerja lebih dari 60 jam per minggu.

Menyusul AS, hadir sejumlah negara, seperti Prancis (4.9%), Brazil (4.4%), Russia (3.9%), Spanyol (3.9%), United States (3.8%), Jerman (3.3%), dan Swedia (1.9%). 

Editor: Sigit Kurniawan

Related