Coding yang identik dengan bahasa pemrograman ternyata bisa dipadukan dengan berbagai hal. Salah satunya dengan fesyen. Coding sebagai proses yang sulit hanyalah persepsi sebagian orang. Beda dengan persepsi Ayu Dyah Andari, seorang desainer fesyen. Setelah berguru selama 15 jam di Coding (Indonesia), Ayu mampu menunjukkan karyanya yang diberi nama Technoethnic.
Technoethnic merupakan aplikasi untuk menampilkan ragam pola pada sebuah gaun. Ide ini berawal dari permasalahan yang kerap Ayu hadapi sebagai seorang desainer. Untuk bisa tepat dalam mengerti keinginan kliennya dalam pemilihan ragam pola pada gaun, Ayu perlu menggambar berulang kali. Ayu juga perlu memastikan bahwa ukuran pola yang akan disematkan pada gaun sesuai dengan ekspektasi klien. “Keinginan klien terkadang abstrak. Ingin pola yang lebih besar pada gaun, namun sulit mendeskripsikan seberapa besar polanya,” kata Ayu di Jakarta, Rabu (18/3/2015)
Meskipun tidak memiliki kemampuan di bidang coding, Ayu tak patah arang untuk mempelajarinya. Investasi dalam belajarnya ini dijadikan strategi untuk bisa naik kelas. “Persaingan di dunia fesyen sangat ketat. Bila saya terus bekerja secara manual dengan ritme lambat, tentu akan lebih mudah disalip oleh orang lain,” kata Ayu. Menurut Ayu, teknologi membuatnya lebih produktif dalam berkarya.
Proyek Technoethnic yang digarap Ayu belum sepenuhnya rampung. Ayu berkomitmen akan menuntaskan karyanya dan segera meluncurkannya. Perempuan yang pernah merancang gaun untuk Miss World 2013 ini berharap proyeknya ini bisa segera diaplikasikan dan membantunya dalam bekerja.
Ayu meyakini waktu menjadi hal paling berharga dalam bisnis. “Melayani pelanggan satu persatu tentunya membutuhkan waktu yang cukup lama. Dengan bantuan teknologi ini, kelak pelanggan bisa swalayan,” tutup Ayu.