Industri pariwisata terkena dampak pandemi yang keras. Berbagai pelaku usaha di dalamnya pun ikut terkena dampak. Bisnis destinasi wisata mulai bangkit meski masih harus melakukan penyesuaian.
Managing Director Destination Capacity David Ermen menjelaskan bahwa semua yang terlibat dalam value chain pariwisata kini harus mengambil keputusan yang sulit. Contohnya bagi destinasi wisata yang merugi akibat pandemi ini, namun mereka harus mengambil risiko ketika kembali menerima turis.
Karena, meski terbilang bersih dan aman, risiko kesehatan di tengah pandemi ini akan terus ada. Sebab itu, destinasi wisata perlu menyiapkan pondasi clean, health, and safety (CHS)yang berstandar dunia.
Pendapat serupa juga diungkapkan Managing Director Tanjung Lesung Fachrully F Lasahido. Menurutnya, tidak hanya harus menjaga penerapan protokol kesehatan dilakukan dengan baik. Namun, mengontrol jumlah pengunjung juga menjadi hal yang perlu dipertimbangkan.
“Hal itu lebih efisien dari memperkuat protokol. Memang penting untuk memastikan protokol kesehatan dijalankan, tapi sebenarnya peraturan ini cukup tricky. Karena, tidak hanya memastikan pengunjung aman saja. Pengelola destimasi juga harus menjamin komunitas lokal aman,” ujar Fachrully pada acara Planet Tourism 2020 yang digelar MarkPlus, Inc.
Fachrully menegaskan bahwa peraturan yang sudah ada dan ditetapkan harus ditegakkan. Karenanya, jumlah pengunjung yang terkontrol bisa menjadi cara untuk mengawasi berjalannya protokol yang sudah ditentukan pemerintah bisa berjalan dengan baik.
“Siapapun Anda, Anda bisa ambil bagian untuk menjadi contoh yang baik bagi semua orang baik pengunjung ataupun host,” tegas Fachrully.
Tantangan di setiap industri ketika membahas tentang protokol CHS dapat dikatakan sama. Meski sudah ada standar yang ditentukan pemerintah untuk ini, tetapi masih saja ada kesulitan untuk menerapkan standar yang sama. Pada akhirnya, semua berujung pada kedisiplinan.
Editor: Ramadhan Triwijanarko