Ferrari, produsen otomotif asal Italia menerima pembayaran dengan aset kripto untuk mobil sport mewahnya di Amerika Serikat (AS). Skema pembayaran itu juga akan diperluas ke Eropa seiring permintaan dari para pelanggan kelas atas.
Dilansir dari Reuters, Sabtu (14/10/2023), sebagian perusahaan besar memilih untuk menghindari aset kripto karena volatilitas Bitcoin dan mata uang digital lainnya tidak praktis dalam bertransaksi. Regulasi yang belum jelas hingga penggunaan energi yang tinggi membuat banyak negara melarang aset kripto sebagai alat pembayaran.
Pada tahun 2021, Tesla, produsen mobil listrik asal AS mulai menerima pembayaran dalam bentuk Bitcoin. Namun, karena masalah lingkungan, Elon Musk sang CEO memutuskan untuk menghentikannya.
BACA JUGA: Langkah Inisiatif Adira Finance, Perkuat Pengalaman Layanan Nasabah
Enrico Galliera, Kepala Pemasaran dan Komersial Ferrari mengatakan industri aset kripto tengah berupaya menurunkan emisi karbon dengan memperkenalkan software baru dan menggunakan sumber energi baru terbarukan.
“Target kami untuk mencapai netralitas karbon pada tahun 2030 di seluruh rantai bisnis kami sudah pasti,” katanya.
Ferrari menambahkan keputusan itu diambil sebagai respons terhadap permintaan dari pasar dan diler karena banyak kliennya telah berinvestasi dalam aset kripto.
BACA JUGA: Lewat Kampanye #AwasModus, BCA Raih Penghargaan MECA 2023
“Beberapa di antaranya adalah investor muda yang telah mendulang kekayaan mereka di aset kripto. Lainnya adalah investor yang lebih tradisional yang ingin melakukan diversifikasi portofolio mereka,” ujarnya.
Aset kripto dengan kapitalisasi terbesar kedua, Ethereum telah meningkatkan efisiensi energinya. Berbanding terbalik dengan Bitcoin, koin tertua yang masih dikritik karena adanya aksi penambangan yang menggunakan energi dalam jumlah besar.
Galliera tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai jumlah mobil yang dijual Ferrari lewat aset kripto. Dia menuturkan portofolio pesanan perusahaan saat ini cukup tinggi dan dipesan penuh hingga tahun 2025.
Namun, perusahaan ingin menguji pasar yang berkembang lewat pembayaran aset kripto.
“Ini akan membantu menghubungkan diri dengan orang yang mungkin bukan pelanggan kami, tetapi mampu membeli sebuah Ferrari,” ucapnya.
Perusahaan Italia ini akan memperluas skema pembayaran aset kripto ke Eropa pada kuartal pertama tahun depan dan merambah wilayah lainnya yang menerapkan mata uang digital untuk transaksi. Eropa, Timur Tengah dan Afrika adalah pasar terbesar Ferrari, menyumbang 46% dari total pengiriman mobil pada paruh pertama tahun ini.
“Minatnya sama di AS dan Eropa, kami tidak melihat perbedaan yang besar,” ucapnya.
Editor: Ranto Rajagukguk