Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) mengeklaim produk rotan dari Tanah Air telah diakui oleh industri otomotif dunia. Hal ini berkat kualitasnya yang sangat baik digunakan sebagai interior mobil.
Dedy Rochimat, Ketua Umum Asmindo menjelaskan tingginya kualitas rotan diimbangi dengan baiknya kualitas pengrajin rotan dari Indonesia. Dengan begitu, pabrikan otomotif dunia tidak ragu menempelkan hasil karya anak bangsa di dalam mobil.
BACA JUGA: Gandeng Cafa, Asmindo Bidik Ekspor Furnitur Rp 109,4 Triliun
“Kami sudah mengganti rotan untuk dashboard mobil dan sudah kirim ke Porsche yang pakai barang kita di Eropa, Jerman. Jadi teman-teman (pengusaha rotan) harus dibantu supaya lebih hebat punya produk furnitur dan craft,” kata Dedy dalam konferensi pers di di Tangerang, Banten, Selasa (27/2/2024).
Menurutnya, hingga saat ini indutri rotan Tanah Air memiliki potensi yang sangat menjajikan. Sebab, sebanyak 85% rotan dunia ada di Indonesia.
BACA JUGA: Tumbuh 5%, Nilai Pasar Industri Furnitur Dunia Capai US$ 629 Miliar
Kondisi makin diuntungkan dengan adanya peningkatan permintaan terhadap green product yang berpotensi meningkatkan pula permintaan terhadap rotan untuk produk furnitur maupun interior. Tidak hanya itu, dari sisi hutan produksi rotan di Indonesia luasnya mencapai lebih dari 70 hektare (Ha) yang bisa menjamin ketersediaan pasokannya.
“Kita tahu bahwa 85% rotan ada di Indonesia, sedangkan untuk bambu kita berada di urutan nomor tiga dan yang terbesarnya adalah Cina,” ujarnya.
Dedy menambahkan untuk mendorong potensi rotan dan bambu dengan lebih jauh lagi para pengusaha yang tergabung dalam Asmindo dan Council of Asia Furniture Association (Cafa) sepakat mengganti plastik dengan bahan ramah lingkungan rotan dan bambu yang tertuang dalam nota kesepahaman (momrandum of understanding/MoU) Bamboo as Substitute for Plastics in Asia.
Adapun permintaan akan furnitur ramah lingkungan mengalami pertumbuhan yang signifikan. Pertumbuhan permintaan terhadap furnitur ramah lingkungan diperkirakan mencapai 8,6% atau dua kali lipat dibandingkan pertumbuhan terhadap furnitur secara keseluruhan yang hanya 4,3%.
Dari sisi nilainya, Dedy menyebut furnitur ramah lingkungan diperkirakan mencapai US$ 51,02 miliar pada tahun 2022. Meskipun angka ini baru mencapai 6,7% dibandingkan dengan permintaan furnitur secara keseluruhan, yakni sebesar US$ 766 miliar.
Kendati demikian, pada tahun 2060 permintaan furnitur ramah lingkungan diperkirakan mencapai lebih dari 25% dari keseluruhan permintaan furnitur. Kawasan Asia menjadi pendorong utama pertumbuhan pasar furnitur.
Tercatat, permintaan furnitur ramah lingkungan di kawasan Asia tumbuh 10% per tahun, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pasar furnitur secara keseluruhan, yaitu 8,18% per tahun. Adapun nilainya diperkirakan mencapai US$ 179,2 miliar pada 2024 dan US$ 9,37 miliar atau 5,23% di antaranya disumbangkan oleh furnitur ramah lingkuhan.
“Pertumbuhan permintaan furnitur ramah lingkungan yang relatif tinggi ini adalah peluang besar yang harus kita respons secara bersama-sama, dengan membuat pusat-pusat riset dan produksi furnitur ramah lingkungan di kawasan-kawasan industri, termasuk kawasan industri di Indonesia,” kata Dedy.
Editor: Ranto Rajagukguk