Kimia Farma Apotek (KFA) melakukan reformat apotek menjadi ritel modern. Dalam lima tahun terakhir, jumlah outlet KFA meningkat 160%. 500 outlet yang dimiliki KFA pada 2012 berkembang menjadi 1.300 outlet pada 2016, dan ditargetkan mencapai 1.500 outlet di akhir 2017. Kesuksesan KFA dalam mengembangkan bisnis, tak lepas dari sosok Direktur Utama Kimia Farma Apotek Imam Fathorrahman yang mengantarkan KFA meraih The Best Industry Marketing Champion 2017 untuk kategori Pharmaceutical.
Portofolio bisnis PT Kimia Farma Apotek (KFA) yang kian meluas sebagai apotek, klinik, laboratorium klinik, sekaligus optik telah meningkatkan pertumbuhan jumlah outlet mereka. Angka penjualan KFA pada 2016 berhasil melampaui pertumbuhan pasar farmasi Indonesia. KFA tercatat mengantongi kenaikan angka penjualan mencapai 11,9% di saat pertumbuhan farmasi Indonesia hanya tumbuh 7,49%.
“Ada tiga poin utama transformasi ritel yang kami lakukan. Poin pertama terletak pada transformasi improvement dengan melakukan transformasi pada apotek yang sudah ada dengan format baru yang dapat meningkatkan kapabilitas outlet. Hal ini ditentukan berdasarkan produktivitas omzet per outlet. Kami ingin meng-upgrade ini karena kebutuhan akan Apotek yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat masih jauh dari apa yang diharapkan,” terang Imam.
Transformasi KFA yang kedua adalah mengembangkan seluruh layanan primary healthcare ke ranah digital. Imam menerangkan, berbagai layanan bagi customer, persoalan klinik, apotek, bahkan dokter akan dihubungkan ke dalam satu platform digital yang memudahkan akses dan layanan bagi customer.
Terakhir, peningkatan portofolio produk pun dikatakan Imam menjadi salah satu kekuatan KFA. “Kami berupaya meningkatkan penjualan di sektor self-medication dan Over the Counter (OTC) terus digenjot KFA guna memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas,” ungkap Imam yang belakangan gemar merekrut para millennials untuk bergabung dengan KFA.
