Offline marketing juga disebut sebagai traditional marketing dimana pelanggan dapat melihat, mendengar, menyentuh, dan merasakan langsung produk yang akan dibeli. Dalam perkembangannya selama 20 tahun terakhir, para marketeer mulai berkenalan dengan digital marketing.
Masa pandemi yang terjadi pada Maret 2020 pun membuat digital marketing menjadi semakin naik daun dan diincar oleh sebagian besar marketeer. Bahkan secara ekstrem, sebagian mereka berpikiran bahwa offline marketing tidak perlu dilakukan lagi di era digital seperti saat ini karena berbagai alasan.
Hal ini dibantah dengan bijak oleh Ignatius Untung selaku Praktisi Marketing dan Behavioral Science yang mengatakan bahwa offline marketing masih memiliki keuntungan yang luar biasa bagi para marketer. Hal ini berkaitan dengan experience yang diberikan offline marketing tidak akan pernah bisa digantikan oleh digital marketing.
“Kalau kita ngeliat iklan digital, indra yang terlibat paling banyak cuma dua, mata sama telinga, indra penglihatan dan pendengaran, udah tidak lebih dari itu. Kita ga bisa ngerasain, ga dapetin feel-nya. Ketika indra yang terlibat cuma dua, maka daya persuasinya juga tidak sekuat ketika indranya lebih lebar seperti yang dihasilkan oleh offline,” ujar Untung dalam program Market Think di kanal Youtube Marketeers TV.
Sebagai contoh ketika seseorang menonton konser di handphone dengan konser yang dilakukan secara langsung. Konser di handphone hanya bisa dilihat dan didengar. Sedangkan konser offline tidak hanya itu, orang tersebut dapat merasakan keramaian, sorak sorai orang sekitar, senggolan dan desakan keriuhan penonton, bahkan aroma tubuh dari setiap penonton di sekitar panggung.
Experience yang didapatkan akan jauh lebih powerful dari sekadar menonton konser secara digital. Experience inilah yang dapat mendorong seseorang memiliki impresi yang jauh lebih nyata, kuat, dan otentik dari offline marketing.
“Semakin banyak indra yang terlibat dalam satu experience, maka impresinya akan lebih bagus,” lanjut Untung.
BACA JUGA: Belajar Marketing dari Band Coldplay, Ternyata Ini Rahasia Suksesnya
Dengan begitu, offline marketing ini memiliki kelebihan dibanding digital marketing dalam membangkitkan indra calon pelanggan. Kelebihannya antara lain adalah sensory engagement dalam indra tersebut dapat membangun rasa memiliki dari aktivitas ‘touch and feel’.
Engagement dan experience yang didapatkan inilah yang mendorong seseorang untuk ingin membeli.
Aktivitas ini banyak dimanfaatkan oleh produk-produk seperti handphone dengan menyediakan dummy, rumah dengan show unit, mobil dengan test-drive, dan produk lainnya yang memungkinkan dengan memberikan sample produk.
“Data menunjukkan bahwa orang-orang yang mencoba test-drive mobil itu dua kali lebih besar kemungkinannya membeli mobil itu, dibandingkan dengan orang-orang yang tidak test-drive. Karena itu tadi imajinasinya yang sudah semakin jauh dan ngebayangin punya barang-barang ini,” jelas Untung.
Maka dari itu, banyak brand yang melakukan pameran sebagai aktivitas offline marketing-nya dengan harapan dapat berdampak besar dalam peningkatan jumlah penjualan. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa strategi offline marketing ini sulit diukur secara angka.
Meski begitu, digital marketing pun tidak dapat mewadahi sebuah strategi pemasaran yang berfokus pada sensory engagement dan experience yang jauh lebih baik bila dilakukan secara offline.
Dengan begitu, Untung menegaskan bahwa kedua strategi ini sama baiknya dan malah akan menjadi strategi pemasaran yang jauh lebih menarik jika bisa dikombinasikan untuk mendapatkan hasil yang jauh lebih baik.
Dengan catatan, digital marketing yang dihadirkan harus juga mampu membawa customer experience (CX) yang baik, mudah dimengerti, dan tidak merepotkan.
Berangkat dari sini, Marketeers Tech For Business kembali menghadirkan Digital CX Track dan akan mengupas bahasan khusus bertajuk “Orchestrating CX in Mobile Apps” di salah satu sesinya. So, pastikan Anda dan tim telah memiliki tiket Marketeers TFB 2023 yang dapat diakses di sini.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz
BACA JUGA: Green Marketing: Cintai Bumi dengan Strategi Pemasaran Berkelanjutan