#Diffablepreneur Dukung Kewirausahaan Penyandang Disabilitas

marketeers article
Plant in the hand on green nature background Corporate social responsibility concept.

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menyebutkan, sekitar 10% atau 24 juta dari total penduduk Indonesia adalah penyandang disabilitas. Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan, per Agustus 2017 penduduk usia kerja disabilitas nasional berjumlah 21.930.529 orang. Dari jumlah itu, yang termasuk angkatan kerja sebanyak 11.224.673 orang atau 51,8%.

Sementara itu, angkatan kerja disabilitas yang bekerja sebanyak 10.810.451 orang atau sebesar 96,31%. Sedangkan penganggur terbuka dari penyandang disabilitas sebanyak 414.222 orang atau 3,69%. Data Kementerian Ketenagakerjaan juga menyebutkan, baru sebanyak 2.851 penyandang disabilitas yang berhasil ditempatkan di sektor formal.

Menilik data di atas, sebagian besar penyandang disabilitas bekerja di sektor informal. Pemerintah saat ini sudah mulai melakukan sejumlah upaya guna memfasilitasi agar penyandang disabilitas bisa lebih terserap lagi di sektor formal.

Pemerintah juga sudah mengeluarkan Undang Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang penyandang disabilitas, yang menyebutkan bahwa Negara menjamin kelangsungan hidup setiap warga negara, termasuk para penyandang disabilitas. Undang- undang juga menjamin hak pekerjaan, kewirausahaan dan koperasi untuk penyandag disabilitas. Namun demikian upaya tersebut juga harus didorong seluruh lapisan masyarakat termasuk dari dunia usaha.

Indonesia Global Compact Network (IGCN) yang ditopang oleh beberapa perusahaan, mengadakan sebuah seminar dan workshop bertema #Diffablepreneur guna mengasah kemampuan wirausaha para penyandang disabilitas. Jika data menunjukan bahwa para penyandang disabilitas lebih banyak bekerja di sektor informal, maka penyetaraan kemampuan kewirausahaan akan sangat penting.

“Penting untuk memberikan pemahaman akan kewirausahaan untuk para penyandang disabilitas dari sisi capacity building dan networking. Tentu, tujuannya untuk meningkatkan taraf kehidupan ekonomi mereka. Kegiatan ini juga kami jadikan sebagai percontohan. Ke depannya, mungkin bisa dikembangkan dari sisi pengembangan Inkubator dan akses finansialnya,” jelas Vice President (VP) Women’s Empowerment & Small and Medium Enterprise (SME) Development IGCN Hendra Warsita.

Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi wadah untuk mengembangkan kapasitas para ibu, keluarga dan yayasan dari para disabilitas dalam usia produktif (15-40 tahun). Akan ada sejumlah sesi yang akan membahas secara mendalam mengenai kewirausahaan dan potensi berbisnis bagi para disabilitas.

Program ini pun mampu menarik perhatian Martha Tilaar Group (MTG). Pasalnya, sebagian besar tenaga kerja di unit-unit usaha yang berada di bawah payung MTG adalah kaum ibu dan perempuan. Tak hanya itu, sejak awal berdiri MTG juga merangkul dan membuka kesempatan kerja pada penyandang disabilitas. Salah satu contoh nyata dari penyandang disabilitas yang berhasil berprestasi di MTG adalah Silvia Fitri Sundari yang sudah berkerja sebagai terapis di Martha Tilaar Salon Day Spa selama 26 tahun.

Perusahaan pun berkomitmen dan berupaya untuk memberi kesempatan yang sama, serta kesetaraan bagi kaum ibu, perempuan, dan penyandang disabilitas untuk bekerja dan berkarya, serta menjadi individu-indvidu yang maju dan berdaya. Kegiatan ini sendiri didukung sejumlah anggota IGCN di antaranya, Martha Tilaar Group, APP Sinarmas Group, MarkPlus, Inc., Sintesa Group, Datascrip, PT Supra Boga Lestari Tbk., Indonesia Marketing Association (IMA), dan Gerakan Peduli Disabilitas dan Lepra Indonesia (GPDLI).

IGCN merupakan jaringan lokal dari UN Global Compact, bertujuan untuk mengutamakan Sepuluh Prinsip UN Global Compact dibidang hak asasi manusia, ketenagakerjaan, lingkungan hidup, dan anti korupsi melalui pelatihan, fasilitasi, dialog dan aksi kolaboratif untuk perusahaan dalam upayanya menjalankan bisnis yang bertanggungjawab. IGCN mendorong perusahaan, lembaga swadaya masyarakat, dan akademia untuk bekerjasama dalam mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) di Indonesia.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related

award
SPSAwArDS