Setelah resmi diluncurkan oleh Indra Utoyo sebagai Pelaksana Tugas Direktur Utama PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, Jakarta Digital Valley (JDV) menjadi sebuah harapan baru untuk semakin berkembangnya industri digital di Indonesia. Jakarta Digital Valley Hadir sebagai penghubung antara para pelaku startup yang mengembangkan aplikasi dengan industri yang menggunakan aplikasi. JDV merupakan sebuah platform kerjasama para pelaku startup untuk saling mengembangkan kemampuan mereka masing-masing.
“Kiblat dalam dunia digital adalah Silicon Valley. Kami menggandeng startup dan memberikan mereka mentoring secara periodik, yaitu dua kali dalam setahun. Kami akan meminta arahan pihak Silicon Valley mengenai tren industri kreatif digital ke depan seperti apa dan area menarik yang perlu dikembangkan itu apa,” ujar Indra Utoyo saat meresmikan JDV di Menara Multimedia, Jakarta, Selasa (26/11/2014).
JDV ini mampu menampung 50 pengembang dengan luas 500 meter persegi dan menyediakan fasilitas pendukung yang nyaman bagi para pelaku startup untuk mengembangkan ide, kreasi, dan inovasi. Seluruh fasilitas tersebut didukung oleh perangkat server sebagai penunjang inkubator.
Pada Agustus 2014 lalu, Telkom telah menyatakan rencana investasi dalam kegiatan corporate venture capital (CVC) senilai US$ 200 juta dengan menggandeng beberapa perusahaan modal ventura di Silicon Valley. Tidak hanya itu, Telkom berencana menanamkan investasi sampai dengan Rp 50 miliar untuk dua tahun ke depan guna menyokong kegiatan di Bandung Digital Valley, Jogja Digital Valley, dan Jakarta Digital Valley.
Indra menyebutkan bahwa perbedaan digital valley di Bandung, Jogja, dan Jakarta terletak pada tahapan program. Tahapan dalam digital valley ini, yaitu startup masuk ke creative camp, inkubasi, akselerasi, dan ventura.
“Mereka yang ada di Bandung Digital Valley dan Jogja Digital Valey adalah mereka yang sudah masuk ke tahap inkubasi. Mengingat tempat yang terbatas, di Bandung hanya dapat menampung 20 startup dan Jogja hanya 10 startup per periode. Satu periodenya adalah enam bulan,” jelas Indra.
Indra menegaskan, industri kreatif di Amerika menyumbang US$ 504 miliar per tahun. Berkaca dari sana, Indra berharap Digital Valley di Indonesia mampu menghasilkan pelaku startup yang mumpuni agar dapat bersaing dengan pelaku industri kreatif digital dari luar negeri.