Pandemi COVID-19 mempercepat proses digitalisasi di seluruh industri, termasuk industri perbankan. Menurut Sis Apik Wijayanto, Direktur Hubungan Kelembagaan PT Bank Negara Indonesia Tbk, industri perbankan sebenarnya sudah lama melakukan inovasi digitalisasi, seperti pengembangan mobile banking dan aplikasi perbankan lainnya.
“Kami melihat tren perubahan konsumen ke arah digital sudah lama. Sejak tahun 2018, industri perbankan sudah dituntut untuk memiliki mobile banking yang mana sudah interkoneksi dan memudahkan pelanggan untuk bertransaksi di mana pun dan kapan pun,” kata Sis Apik pada acara Industry Roundtable: Actualizing The Post Normal: Year 2021 & Beyond.
Data dari Global Web Index, per April 2020 pengguna mobile phone mengalami kenaikan hingga 128 juta orang dan rata-rata orang menghabiskan waktu menggunana mobile phone bertambah sekitar 79% dari biasanya. Inilah yang mendorong transaksi digital tumbuh 2x lebih cepat.
Menurut riset dari McKinsey bertajuk The Future Branch in Digital Era 2019, nasabah yang aktif melakukan transaksi digital menjadi dua kali lebih loyal. Selain itu, nasabah digital memiliki lebih banyak pilihan produk perbankan.
Meski demikian, terdapat tren-tren perbankan yang dipercepat dengan pengaruh COVID-19 seperti cashless payment dan digital channel yang digunakan untuk menjual produk-produk perbankan. Di masa pandemi pula, perbankan juga perlu melakukan proteksi terhadap produk maupun konsumen. Pasalnya, dengan bergesernya perubahan masyarakat yang lebih digital juga meningkatkan digital attacker.
“Selain itu, perbankan juga perlu terus melakukan risk assesment karena melihat adanya perubahan profil dan kebutuhan konsumen akibat pandemi. Pelaku perbankan juga perlu meningkatkan kebutuhan likuiditas dan transaksi maupun akusisi,” kata Sis Apik.
Sis Apik menuturkan, pada era post normal nanti dengan berbagai inovasi digitalisasi, akitvitas perbankan akan bergulir dengan batasan yang semakin melebur dengan keseharian konsumen. Karena itu, bank perlu memberikan jasa layanan keuangan yang mudah dan cepat. Terakhir adalah bank semakin invisible karena sudah mobile sehingga tidak ada lagi bank fisik.
“Dunia semakin terhubung, batasan semakin menipis. Industri perbankan akan terus dihajar dengan constant disruption. Bank kemudian memerlukan sistem data leverage untuk meningkatkan customer experience yang terintegrasi,” tambah Sis Apik.