Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UKM) di Indonesia mengalami dampak yang sangat berat karena pandemi COVID-19. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), setidaknya lebih dari 90% usaha di Indonesia adalah berasal dari UKM dengan daya serap tenaga kerja mencapai 117 juta orang. Sebab itu, tak heran sektor ini merupakan tulang punggung perekonomian Tanah Air.
UKM dipercaya menjadi penyumbang lebih dari 60% pendapatan nasional. Karenanya, mendorong kebangkitan UKM juga menjadi upaya yang baik untuk pemulihan ekonomi. Salah satu cara yang diyakini ampuh untuk menggenjot pertumbuhan UKM menjadi lebih baik dan mampu bersaing di tengah gempuran berbagai produk asing yang masuk ke Indonesia adalah dengan digitalisasi.
Didik Budi Santoso, President Director PT Metra-Net mengatakan, untuk meningkatkan daya saing UKM terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu People, Process, dan Platform. Sebab itu, plaform PaDI UMKM milik BUMN berusaha untuk mengakomodir ketiga hal tersebut sehingga dapat membuka akses pasar yang lebih luas.
“Harapan kami dalam meningkatkan daya saing UKM ada tiga hal, pertama adalah bagaimana meingkatkan kapasitas dan kapabilitas dari sisi people. Jika dari people sudah siap kita akan menyiapkan surrounding system atau process. Kami mencoba membantu pelaku usaha untuk memproduksi produk yang berkualitas. Terakhir, adalah kami sediakan platform sebagai akselerator dan menjadi sebuah jaminan bagi UKM untuk mendapatkan buyer yang pasti,” jelas Didik dalam acara IMA Chapter Webinar Series: Meningkatkan Daya Saing UKM di 2021.
Sementara itu, Hermawan Kartajaya selaku Honorary Founding Chairman IMA mengatakan pelaku usaha juga harus memiliki jiwa kewirausahaan. Sehingga, mereka dapat melihat kesempatan (opportunity seeker), berani ambil risiko (risk taker), dan juga dapat berkolaborasi dengan orang lain (collaboration).
“UKM juga harus meningkatkan diferensiasi. Jika UKM memiliki cirinya sendiri, mereka akan terlindungi dari predator pricing. Itulah marketing, pelaku UKM tidak perlu menjadi lebih baik tapi cukup lebih berbeda dari kompetitornya,” ujar Hermawan.
Senada dengan Hermawan, Founder dan CEO of Baba Rafi Enterprise Hendy Setiono mengatakan di masa pandemi, para pelaku usaha harus lebih jeli lagi dalam meningkatkan brand awareness. Selain melakukan pemasaran di media sosial, mereka harus mempertimbangkan kolaborasi dengan key opinion leader (KOL) atau influencer, serta brand lain yang masih sesuai dengan produk usaha.
“Terakhir adalah go online. Pelaku usaha dapat memanfaatkan berbagai platform yang telah tersedia, seperti layanan delivery dari ride hailing. Cara lainnya adalah menciptakan sendiri layanan pesan antar online untuk menjangkau lebih banyak konsumen,” tutup Hendy.
Editor: Eko Adiwaluyo