Disney akhirnya memutuskan untuk menayangkan Mulan melalui layanan streaming Disney+. Keputusan ini diambil setelah Disney terus menunda penayangan film tersebut di bioskop. Tetapi, pelanggan harus membayar sebesar US$ 30 untuk menonton Mulan di Disney+.
“Kami sangat senang membawa Mulan ke basis konsumen kami yang telah lama menunggu karena kami terus memindahkan tanggal penayangan bioskop beberapa kali,” kata CEO Disney Bob Chapek seperti dilansir dari The Verge.
Di era sebelum pandemi, Mulan diperkirakan akan menghasilkan lebih dari US$ 1 miliar dari penayangannya di bioskop. Memindahkan Mulan ke layanan streaming berarti Disney tengah mengubah lanskap industri hiburan. Strategi Disney ini menunjukkan, film blockbuster berbujet tinggi juga dapat tayang di bioskop dan layanan streaming pada hari yang sama.
Tentu saja ini menjadi ancaman bagi pengusaha bioskop. Dalam industri perfilman, bioskop dan studio atau production house memiliki hubungan mutualisme, di mana keduanya saling membutuhkan untuk mendapatkan penghasilan. Film-film dari studio besar seperti Disney dan WarnerBros. biasanya membawa untung luar biasa bagi para pengusaha bioskop.
Sehingga, jika penayangan Mulan di Disney+ berhasil, tidak menutup kemungkinan banyak studio yang akan mengikuti jejak Disney. Hal ini berarti pertanda buruk bagi industri layar lebar. Meski saat pandemi beberapa film besar seperti Tenet masih akan tayang di bioskop, tetapi rencana Disney menayangkan Mulan di layanan streaming berarti kerugian besar bagi industri ini.
Asosiasi Sinema Inggris bahkan mengkritik keras langkah Disney untuk menayangkan Mulan di Disney+. Dikutip dari ScreenRant, saat pandemi seperti saat ini, Disney seharusnya dapat berjalan beriringan dengan pihak bioskop untuk memulihkan dunia hiburan, bukan sebaliknya.
“Industri bioskop menghadapi situasi sulit. Tidak ada yang dapat memperkirakan tantangan yang dihadapi para pengusaha bioskop. Banyak operator yang menunjukkan kepercayaan pada bisnis kami dengan berinvestasi dalam perlindungan yang diperlukan untuk kami agar dapat beroperasi kembali. Kami membutuhkan studio besar untuk dapat melakukan hal yang sama,” ujar Phill Clapp, anggota Asosiasi Sinema Inggris.
Layanan streaming nyatanya dapat menjadi alternatif bagi studio dalam menghasilkan keuntungan. Dengan adanya pertumbuhan layanan streaming saat ini, Beberapa studio besar seperti Warner Bros. dan Universal bahkan memilih untuk menayangkan film besar mereka secara singkat di bioskop, dan langsung memindahkannya ke platform direct-to-consumer. Dari platform tersebut, studio dapat memperoleh antara 80% hingga 100% dari pendapatan.
Meski saat ini masa depan Mulan belum sepenuhnya dapat diprediksi, tetapi Bob sangat menantikan apa yang akan terjadi baik dalam hal pertumbuhan pelanggan Disney+ maupun berapa banyak orang yang akan membeli film tersebut.