Indonesia telah memasuki tahun politik. Pada 27 Juni 2018, 171 daerah di Indonesia akan menggelar Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Situasi diprediksi semakin seru karena Pilkada kali ini terjadi di berbagai wilayah dengan kantong suara besar, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan lainnya. Ketika Pilkada serentak selesai, Indonesia bakal mempersiapkan diri untuk Pemilu Legislatif (Pileg) dan Pemilu Presiden (Pilpres) serentak yang akan berlangsung pada April 2019.
Tentunya, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai penyelenggara. Apalagi, Pilkada, Pileg, dan Pilpres kali ini bakal diikuti oleh kaum millennial, yang porsinya mencapai 40%an.
“KPU mempersiapkan ini dengan baik walaupun di tengah berbagai macam keterbatasan, salah satunya adalah waktu. Karena UU ditetapkan ketika sudah sangat dekat dengan jadwal yang ada. Namun, KPU tidak boleh menghindar, tidak boleh beralasan sehingga pemilu menjadi tidak baik. Makanya, ketika UU ditetapkan, KPU langsung mempersiapkan aturan-aturan untuk melaksanakan UU itu,” kata Arief Budiman, Ketua Komisi Pemilihan Umum 2017-2022.
Arief pun berharap bisa menjalankan pemilu yang menarik. Pemilu tidak boleh dianggap sesuatu yang menyeramkan atau menakutkan. “KPU harus mampu mengemas demokrasi ini menjadi sesuatu yang menarik. KPU harus membuat agar semua orang mudah dalam mengakses Pemilu. Inilah yang kita kemas sebagus mungkin, yaitu dipercaya. Jika trust publik kita tinggi, maka akan semakin mudah bagi KPU menjalankan aktivitasnya karena didukung oleh masyarakat,” katanya.
Kaum millennial pun sangat penting. Makanya, KPU membuat terobosan agar disenangi dengan kaum millennial ini. Misalnya mereka bisa mengecek data pemilih melalui gadget, begitu pula penghitungan suara. Semua bisa dinikmati di mana pun selama ada internet. KPU juga melakukan inovasi tentang pemilu. Misal membuat lomba.
“Kami percaya ketika anak muda percaya dengan pemilu yang baik, jujur, punya integritas, maka lima tahun lagi, mereka akan menjadi agen tersendiri untuk menyebarkan virus baik bagi Pemilu. Tapi jika kami gagal, mereka bisa menjadi barrier. Tantangan KPU saat ini adalah mempersiapkan pemilu saat ini sebaik-baiknya untuk lima tahun ke depan,” katanya.
Indonesia telah memasuki tahun politik. Pada 27 Juni 2018, 171 daerah di Indonesia akan menggelar Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Situasi diprediksi semakin seru karena Pilkada kali ini terjadi di berbagai wilayah dengan kantong suara besar, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan lainnya. Ketika Pilkada serentak selesai, Indonesia bakal mempersiapkan diri untuk Pemilu Legislatif (Pileg) dan Pemilu Presiden (Pilpres) serentak yang akan berlangsung pada April 2019.
Tentunya, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai penyelenggara. Apalagi, Pilkada, Pileg, dan Pilpres kali ini bakal diikuti oleh kaum millennial, yang porsinya mencapai 40%an.
“KPU mempersiapkan ini dengan baik walaupun di tengah berbagai macam keterbatasan, salah satunya adalah waktu. Karena UU ditetapkan ketika sudah sangat dekat dengan jadwal yang ada. Namun, KPU tidak boleh menghindar, tidak boleh beralasan sehingga pemilu menjadi tidak baik. Makanya, ketika UU ditetapkan, KPU langsung mempersiapkan aturan-aturan untuk melaksanakan UU itu,” kata Arief Budiman, Ketua Komisi Pemilihan Umum 2017-2022.
Arief pun berharap bisa menjalankan pemilu yang menarik. Pemilu tidak boleh dianggap sesuatu yang menyeramkan atau menakutkan. “KPU harus mampu mengemas demokrasi ini menjadi sesuatu yang menarik. KPU harus membuat agar semua orang mudah dalam mengakses Pemilu. Inilah yang kita kemas sebagus mungkin, yaitu dipercaya. Jika trust publik kita tinggi, maka akan semakin mudah bagi KPU menjalankan aktivitasnya karena didukung oleh masyarakat,” katanya.
Kaum millennial pun sangat penting. Makanya, KPU membuat terobosan agar disenangi dengan kaum millennial ini. Misalnya mereka bisa mengecek data pemilih melalui gadget, begitu pula penghitungan suara. KPU juga melakukan inovasi tentang pemilu. Misal membuat lomba.
“Kami percaya ketika anak muda percaya dengan pemilu yang baik, jujur, punya integritas, maka lima tahun lagi, mereka akan menjadi agen tersendiri untuk menyebarkan virus baik bagi Pemilu. Tapi jika kami gagal, mereka bisa menjadi barrier. Tantangan KPU saat ini adalah mempersiapkan pemilu saat ini sebaik-baiknya untuk lima tahun ke depan,” katanya.