Dampak dari penyebaran virus Corona telah dirasakan berbagai sektor industri di seluruh dunia, tidak terkecuali industri media. Banyak produksi televisi dan film ditunda, acara olahraga besar ditunda, bahkan beberapa dibatalkan.
Perusahaan-perusahaan media yang paling terancam adalah mereka yang menghasilkan pendapatan dari taman hiburan, bioskop, dan iklan. Dilansir dari Business Insider, firma Wall Street UBS memperkirakan Disney menjadi perusahaan media yang paling terancam oleh pandemi Covid-19, diikuti oleh Discovery, Fox, ViacomCBS, dan AMC Networks.
CEO Disney Bob Chapek yang belum sebulan menjabat sedang diuji sebagai seorang pemimpin. Perusahaan media raksasa ini telah dipaksa untuk menutup sementara taman Disneyland di seluruh dunia. UBS memproyeksikan, Disney setidaknya dapat kehilangan pendapatan sebesar US$ 2 miliar jika tamannya tutup selama 30 hari.
Selain menutup Disneyland, Disney juga menunda beberapa perilisan film mereka di bioskop, serta menunda produk televisi dan film. Begitu pula dengan beberapa studio lainnya. Perusahaan televisi kabel ESPN dapat mengalami kerugian karena pembatalan acara olahraga, seperti NBA dan MLB.
Disney kemudian mengambil langkah strategis dengan memaksimalkan bisnis digital mereka, melalui perilisan lebih awal film Frozen 2 di layanan streaming Disney+ dan juga penjualan digital The Rise of Skywalker.
Sementara itu, Netflix diperkirakan akan merasakan untung dari social distancing yang tengah digalakkan oleh pemerintah di seluruh dunia. Karena, lebih banyak waktu di rumah berarti lebih banyak kesempatan untuk mengakses Netflix.
Tetapi, Netflix pun dikabarkan tidak akan lolos dari bayang-bayang kerugian bisnis. Perusahaan streaming ini memiliki rencana untuk mengandalkan peningkatan pelanggan dan pendapatan dari pasar internasional pada tahun 2020. Termasuk pelanggan di Eropa dan Asia yang merupakan wilayah yang paling terpukul atas wabah virus corona.
Kalau hal ini terus berlarut-larut, Netflix mungkin saja mengalami penurunan angka pelanggan bila masyarakat di daerah pandemi mulai khawatir tentang pendapatan mereka di masa depan.
Editor: Ramadhan Triwijanarko