Standard Media Index (SMI), perusahaan riset periklanan mencatat belanja iklan di Twitter Inc merosot hingga 71% pada bulan Desember 2022. Pasalnya, para pengiklan terkemuka memangkas pengeluaran di platform media sosial (medsos) itu setelah Elon Musk mengakuisisi Twitter.
Dilansir dari Reuters, Rabu (25/1/2023), data terbaru SMI muncul saat Twitter tengah mengembalikan kepercayaan pengiklan. Twitter telah memperkenalkan sejumlah inisiatif untuk menarik kembali para pengiklan.
Platform medsos itu menawarkan iklan gratis, mencabut larangan iklan politik, dan memungkinkan perusahaan untuk memiliki kontrol yang lebih besar atas posisi iklan mereka. Menurut data SMI, belanja iklan Twitter pada bulan November 2022 anjlok 55% secara year on year (yoy).
BACA JUGA: Twitter Blue Tersedia di Ponsel Android, Biaya Sama dengan iOS
Penurunan itu di luar dugaan lantaran menjelang akhir tahun belanja iklan akan cukup tinggi karena merek-merek mempromosikan produk mereka selama musim liburan. Twitter tidak segera menanggapi komentar dari Reuters.
Pathmatics, firma riset melaporkan sebagian besar perusahaan telah menghentikan belanja iklan pada bulan November 2022 di Twitter. Hal itu terjadi saat Musk memulihkan akun yang ditangguhkan dan merilis verifikasi akun berbayar yang menimbulkan berbagai penyelewengan karena penipu bisa menyamar sebagai perusahaan.
Empat belas dari 30 pengiklan terkemuka menghentikan semua iklan di platform medsos itu setelah Musk mengambil alih Twitter pada 27 Oktober 2022. Dalam sebuah acara pada bulan November 2022 di Twitter Spaces, Musk membahas masalah perusahaan yang menyetop iklan.
BACA JUGA: Hingga Akhir Tahun, Saham Tesla Sudah Turun 68%
“Kami juga memberikan waktu sejenak bagi para pengiklan,” ujar Musk.
Namun, pada waktu yang sama, Musk turut menyoroti tindakan kelompok aktivis yang menekan para perusahaan untuk menarik iklan di Twitter. Padahal, penjualan iklan menyumbang sekitar 90% pendapatan Twitter.
The Information melaporkan pendapatan kuartal IV tahun 2022 Twitter merosot sekitar 35% secara yoy karena kemerosotan iklan, hingga publikasi yang berfokus pada teknologi.