BECKHAM sudah resmi tayang di Netflix mulai Rabu (4/10/2023) kemarin. Serial dokumenter ini mengisahkan kehidupan pesepakbola legendaris David Beckham, termasuk sosoknya yang mengidap gangguan OCD atau obsessive compulsive disorder.
Dalam serial tersebut, terlihat bagaimana Beckham menjalani gaya hidup yang amat tertata rapi. Bahkan, pemain sepak bola yang debut dengan Manchester United ini mengaku sudah menyiapkan pakaiannya sepekan sebelum digunakan.
Kebiasaan itu ternyata sudah dilakukannya sejak masa remaja. Seperti yang terlihat di episode keempat serial dokumenter BECKHAM, yang mana suami Victoria Beckham ini selalu menjaga kebersihan kamarnya lantaran membenci kamar yang kotor dan tak rapi.
Jauh sebelum dokumenter itu tayang, Beckham sudah mengaku kepada media mengenai gangguan OCD yang diidapnya. Ia bahkan mengaku sering kelelahan karena kondisi tersebut karena menghabiskan waktu berjam-jam untuk membersihkan rumah.
BACA JUGA: Geger Bocah Meninggal usai Kelaminnya Diremas, Kok Bisa?
“Ketika semua orang di tempat tidur, saya malah berkeliling, membersihkan lilin, menyalakan lampu dengan pengaturan yang tepat, memastikan semuanya rapi,” katanya kepada The Guardian, dikutip Kamis (5/10/2023).
Kondisi yang baru-baru ini diungkapkan Beckham bukanlah pengakuan yang kali pertama. Eks kapten sepak bola Inggris itu pernah menyampaikan hal serupa pada 2006 silam, sebagaimana dimuat dalam laporan Insider.
“Saya memiliki gangguan obsesif kompulsif di mana saya harus memiliki segalanya dalam garis lurus atau semuanya harus berpasangan,” ujarnya saat itu.
Beckham bahkan mengatakan bisa menghitung pakaian dan menempatkan majalah dalam garis lurus dengan pola simetris.
Lantas, Sebenarnya Apa Itu OCD?
OCD sendiri merupakan gangguan mental yang membuat penderitanya melakukan tindakan tertentu secara berulang-ulang. Tindakan itu dilakukan untuk mengurangi kecemasan dalam pikiran orang tersebut.
Penderita OCD biasanya menyadari bahwa pikiran dan tindakannya berlebihan, tapi mereka tidak bisa melawannya. Karena itulah, gangguan tersebut bisa memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan pengidapnya.
Gangguan mental ini yang umum terjadi pada anak-anak, remaja, dan orang dewasa di seluruh dunia. Sebagian besar diagnosis OCD terjadi pada usia 19 tahun, serta lebih rentan menyerang anak laki-laki ketimbang dengan anak perempuan.
BACA JUGA: Viral Konten Minum Kopi Satu Galon, Waspada 3 Bahaya Ini!
Sayangnya, hingga saat ini penyebab pasti OCD belum diketahui. Namun, para ahli menduga ada sejumlah hal yang memicu gangguan tersebut, antara lain faktor genetik, perubahan pada senyawa kimia otak, dan pengaruh lingkungan.
OCD ditandai dengan gangguan pikiran yang menimbulkan kecemasan dan perilaku berulang kali untuk menghilangkan kecemasan tersebut. Sebagai contoh, penderita yang takut terkena penyakit, cenderung sering mencuci tangan atau membersihkan rumah.
Gejala OCD bisa datang dan pergi, mereda seiring berjalannya waktu, atau bahkan menjadi lebih buruk. Pengidap dapat mencegah munculnya gejala dengan menghindari kondisi yang berpotensi memicu munculnya obsesi.
Selain itu, bisa juga diatasi dengan pengobatan berupa terapi perilaku kognitif atau pemberian obat antidepresan. Meski belum ada cara pasti, gangguan OCD yang kian parah bisa dicegah dengan pemeriksaan dan penanganan lebih awal.
Editor: Ranto Rajagukguk