Dorong Bisnis Berkelanjutan, Ini Pentingnya Diferensiasi untuk UKM
Usaha mikro, kecil dan menengah (UKM) di Indonesia berjumlah puluhan juta. Pada tahun 2021, jumlah UKM yang terdata sebanyak 64,2 juta UKM.
Dengan jumlah ini, tidak menutup kemungkinan produk atau layanan yang dijual UKM sama dengan yang lainnya. Lantas, bagaimanakah bisa tetap tumbuh dan berkembang?
BACA JUGA: Akseleran Catat Penyaluran Pinjaman Tembus Rp 350 Miliar
Salah satu jawaban yang tepat adalah diferensiasi. Hermawan Kartajaya, Founder and Chairman MarkPlus, Inc. mendeskripsikan diferensiasi sebagai upaya mengintegrasikan konten, konteks, dan infrastruktur dari apa yang ditawarkan ke pelanggan. Dengan diferensiasi, UKM dapat menciptakan dan memberikan elemen yang berbeda dalam bisnisnya.
Selain itu, diferensiasi dapat membuat penawaran produk menjadi unik, sehingga dapat memiliki kelangsungan hidup yang lama. Diferensiasi juga mendukung positioning perusahaan, sehingga tercipta integrasi kuat bagi perusahaan.
BACA JUGA: Soal Resesi Global pada 2023, Hipmi Pastikan RI Tak Terdampak
Sigit Kurniawan, Editor in Chief Marketeers menjelaskan tiga elemen diferensiasi. Pertama, konten, atau mengacu kepada apa yang ditawarkan ke pelanggan, bisa berupa produk, layanan. Catatannya, konten ini harus mengusung value.
“Biasanya merupakan solusi dari persoalan atau mungkin kebutuhan dari konsumen. Semakin produk atau layanan dari UKM tersebut bisa memberikan solusi terhadap persoalan atau kebutuhan konsumen, akan semakin kuat,” kata Sigit dalam acara NGOPI (Ngobrol Pintar) UKM edisi kedua bertajuk Beda Tapi Jangan Asal Beda, Kamis (20/10/2022).
Kedua, konteks atau bagaimana cara UKM menawarkan atau menampilkan konten tersebut ke pelanggan. Biasanya, diwujudkan dengan cara pengemasan produk atau layanan.
Bisa pula dari sistem pengirimannya. Oleh sebab itu, prodouk harus bisa semenarik mungkin.
Ketiga, infrastruktur yang mengacu ke faktor enabler yang mendukung konten dan konteks agar bisa berfungsi secara maksimal. Menurut Sigit, sifat elemen ini mendukung, sekaligus menentukan.
Hal itu bisa berupa teknologi, alat-alat, fasilitas, ataupun Sumber Daya Manusia (SDM).
“Ketiga elemen ini tidak bisa dipisahkan. Diferensiasi pun tidak lepas dari positioning dan brand. Sebab, diferensiasi bisa mendukung positioning bisnis dan memperkuat brand dalam membangun brand image. Intinya, semuanya adalah satu kesatuan,” tutur Sigit.
Hal senada disampaikan oleh Ida RM Sigalingging, Sekretaris Pengurus YDBA. Sebagai informasi, YDBA adalah Yayasan dibawah naungan Grup Astra yang fokus ada pengembangan dan pembinaan UKM di seluruh Indonesia.
Berdasarkan pengalamannya membina YDBA, perlu diingat bahwa pikiran pelanggan tidak mudah berubah ke sesuatu yang baru.
“Ketika melakukan diferensiasi, harus bisa masuk ke memori pelanggan, sehingga mereka ingat dengan produk atau layanan UKM tersebut. Pelanggan perlu waktu untuk menerima perubahan. Jadi, diferensiasi harus jelas. Harus riset dulu apa kebutuhan pelanggan. Kemudian, harus ada keunikannya,” kata Ida.
Ida menyampaikan UKM perlu berkolaborasi dengan praktisi. Dengan demikian, mereka bisa mendapatkan hal-hal yang membuat UKM akhirnya terbuka, bukan hanya meniru.
“Pengalaman praktisi itu sudah mengalami jatuh bangun. Mereka bisa lebih cepat mengajar UKM. Begitu juga UKM, harus bisa paham bagaimana membuat produk atau layanan yang sesuai dengan pasar. Kalau produk sudah bagus, bagaimana pemasarannya. Harus paham,” ucap Ida.
Editor: Ranto Rajagukguk