Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berupaya mengembangkan pemberdayaan industri kecil dan menengah (IKM), dan kali ini melalui Desa Devisa Lada Hitam. Berlokasikan di Kabupaten Lampung Timur, lada hitam Lampung menjadi salah satu komoditas yang berpotensi untuk diekspor sehingga dapat mendorong pertumbuhan industri ekspor nasional.
Program Desa Devisa ini membidik desa-desa di wilayah Indonesia dalam rangka meningkatkan produksi komoditas ekspor, memperluas pasar, serta menumbuhkan pendapatan devisa negara yang berkelanjutan. Dengan demikian, kesejahteraan keluarga petani, pengrajin, ataupun pelaku usaha juga turut meningkat pesat.
Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Perindustrian menilai, pendampingan di daerah atau sentra IKM yang memiliki potensi ekspor dapat berperan penting guna meningkatkan daya saing IKM.
“Pendampingan di Desa Devisa ini diharapkan dapat mendongkrak ekspor dan pendapatan devisa yang berkelanjutan di daerah yang produknya memang jadi komoditas unggulan ekspor,” kata Menteri Agus dikutip dari laman Kemenperin.
Dalam Program Desa Devisa Lada Hitam ini nantinya, Kemenperin melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) dan LPEI akan memberikan pendampingan kepada lebih dari 500 petani. Para petani yang turut serta adalah anggota Gabungan Kelompok Tani Cahaya Baru yang berada di enam desa antara lain Sukadana Baru, Catur Swako, Tanjung Harapan, Negeri Katon, Putra Aji Dua, dan Surya Mataram.
Reni Yanita, Direktur Jenderal IKMA Kemenperin menyatakan, karena reputasi baik tersebut, lada hitam Lampung sudah memiliki sertifikasi Indikasi Geografis (IG) dai Kementerian Hukum dan HAM.
Seiring dengan perkembangan industri mamin dan konsumsi masyarakat, penggunaan bahan baku penyedap makanan ini cukup tinggi. Berdasarkan data neraca perkebunan yang tercatat oleh Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian, ekspor lada berhasil mencapai 39.961 ton pada tahun 2021.
“Lada hitam Lampung dikenal di pasar dunia sebagai Lampung black pepper. Permintaan lada hitam di pasar internasional juga meningkat. Saat ini, lembaga pendamping telah melakukan ekspor melalui pihak ketiga dengan nilai terbesar ke India, Kenya, Australia, dan Jerman,” ucap Reni.
Selain itu, program Desa Devisa ini akan menghadirkan pelatihan manajemen usaha, pemberian sara produksi, pendampingan sistem keamanan pangan, serta pelatihan aplikasi keuangan guna menyusun laporan keuangan.
Editor: Ranto Rajagukguk