Di era digital ini, banyak cara yang bisa dilakukan brand untuk memasarkan produk atau layanannya. Namun, pemasaran biasa saja tidak akan terus ampuh. Perlu strategi lain untuk membuat konsumen percaya kepada brand tersebut, sehingga konsumen akan merasa terhubung dengan brand, dan pada akhirnya menjadi loyal customer. Untuk membuat hal itu terjadi, brand dapat melakukan strategi brand storytelling.
Strategi ini cukup populer, dan semakin populer, seiring dengan teknologi yang semakin canggih. Dengan pendekatan ini, brand dapat menyampaikan cerita mengenai brand mereka dengan lebih mudah di berbagai kanal. Salah satu brand yang menerapkan strategi storytelling ini adalah Dove.
Berkolaborasi dengan musisi Eka Gustiwana, Dove menyampaikan pesan bermakna bagi perempuan Indonesia melalui format lagu dan video musik bertajuk Rambutku Mahkotaku. Dalam pembuatan video, brand ini menggandeng sejumlah perempuan inspiratif yang merepresentasikan rambut perempuan Indonesia.
Dalam menciptakan suatu konten, Dove selalu menyuguhkan cerita yang relevan bagi konsumen. Untuk brand storytelling yang efektif, Dove berangkat dari masalah yang relevan. Masalah dan cerita tersebut kemudian dikemas dengan konten yang appealing untuk audiens.
BACA JUGA: HUT ke-89, Ini Komitmen dan Misi Unilever Indonesia
“Tentunya, pesan yang kami sampaikan harus penuh makna, insightful, dan pemilihan medium yang tepat. Walaupun membutuhkan waktu yang lebih panjang dan pertimbangan matang melalui riset, crafting, dan finalisasi, brand storytelling akan berdampak lebih signifikan. Kami percaya, produk Dove akan terekam dengan baik di benak konsumen,” ujar Putri Paramita, Beauty & Wellbeing Marketing Lead Unilever Indonesia.
Rambutku Mahkotaku merupakan video musik dari Dove yang diangkat berdasarkan hasil riset dan isu yang relevan, bahwa satu dari dua perempuan pernah diejek karena gaya rambutnya. Isu yang relevan ini kemudian menjadi perhatian Dove, dan mendorong brand tersebut untuk hadir memberikan solusi bagi konsumen.
“Kami memilih format video musik untuk menyampaikan pesan sirat kami karena sangat entertaining. Konten yang inklusif, relevan dan ringan bagi konsumen tidak hanya estetik untuk dilihat, tetapi juga bermakna dan diingat oleh konsumen,” tambah Putri.
BACA JUGA: Otentik Jadi Kunci Sukses Brand Storytelling Coca-Cola
Menurut Putri, keberhasilan dari strategi ini sangat bergantung pada DNA perusahaan dan brand purpose. Dove selalu berupaya untuk menghidupkan purpose di setiap konten kreatifnya, yakni mendukung perempuan Indonesia agar lebih percaya diri. “Hal ini juga selaras dengan visi positive beauty yang perusahaan usung untuk menciptakan standar baru bagi kecantikan yang setara, inklusif, serta berkelanjutan,” katanya.
Tidak hanya itu, keberhasilan brand storytelling juga bergantung pada objektif sebuah konten dan penentuan talent yang tepa, agar pesan dapat tersampaikan dengan optimal. Sebagai contoh, talent Dove menunjukkan representasi keragaman rambut perempuan Indonesia.
“Berbagai macam gaya rambut, mulai dari keriting, rambut pendek, rambut berwarna, hingga berhijab mendukung konten yang inklusif. Tidak hanya percaya diri, perempuan di balik konten kami juga memiliki real stories, sehingga konsumen lebih terkoneksi, seperti halnya dalam video klip Rambutku Mahkotaku yang kami hadirkan,” kata Putri.
Lebih lengkap tentang upaya Dove membangun storytelling, silakan subscribe di emagz.marketeers.com
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz