PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BNI memperkuat komitmennya dalam mengembangkan green banking dan transaction banking. BNI akan memanfaatkan peluang pasar yang dapat mendukung kelanjutan investor pasar modal.
Maximilianus Nico Demus, Associate Director Pilarmas Investindo menjelaskan pembiayaan hijau dan serangkaian hal yang berhubungan dengan ekonomi berkelanjutan tengah menjadi fokus utama beberapa bank besar tidak hanya di Indonesia, namun di seluruh dunia.
Dengan strategi ini, BNI dinilai telah mengambil langkah yang tepat guna mengembangkan green banking. Emiten perbankan sukses beradaptasi dengan perubahan yang sedang terjadi sambil terus berupaya menjadi pilihan utama dalam layanan pembiayaan hijau.
“Siapa yang mampu mencium perubahan pasar, akan menjadi pemimpin di sana. BBNI tentu melihat ini sebagai sebuah kesempatan baru yang mereka bisa kembangkan,” kata Maximilianus dikutip dari laman BNI.
Kinerja positif BNI dan bank-bank lainnya akan berdampak baik terhadap pergerakan saham. Laba yang telah dibubukan BNI adalah integrasi yang positif, yang mana dapat memengaruhi harga saham.
Sebagai informasi, BNI membukukan laba bersih sebesar Rp 8,8 triliun pada semester I 2022. Realisasi itu naik dari periode yang sama tahun lalu. Net interest margin (NIM) BNI sendiri berada di 4,7%, dan didukung oleh pencapaian non-interest income yang mencapai Rp 7,6 triliun atau naik 11,0%. Berdasarkan data tersebut, BNI telah menyalurkan kredit sebesar Rp 620,42 triliun atau naik 8,9%.
Novita Widya Anggraini, Direktur Keuangan BNI mengungkapkan harga saham BNI mengalami peningkatan sekitar 69%. Selanjutnya, kapitalisasi pasar emiten berkode BBNI ini mencapai Rp 146,4. Selain itu, transformasi korporasi juga dilakukan sehingga lebih berfokus untuk memperkuat permodalan, digitalisasi, dan perbaikan kualitas aset.
“Dalam jangka panjang, upaya transformasi ini diarahkan untuk membawa BNI menjadi bank dengan profitabilitas yang tinggi di industri. BNI juga tetap layak terus menjadi koleksi investasi karena dari sisi valuasi, rasio Price to Book Value (PBV) BNI masih di kisaran 1,2x, belum mencerminkan kondisi fundamental yang sebenarnya,” tutur Novita.
Editor: Ranto Rajagukguk