Survei terbaru yang dilakukan oleh Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) memperlihatkan, kepercayaan pengguna ojek online seperti Gojek di masa adaptasi kebiasaan baru mencapai hingga 45% dari total pengguna aktif transportasi publik. Menduduki tingkat pertama dibandingkan transportasi publik lainnya.
Kehadiran transportasi online menjadi pilihan masyarakat sebagai roda penghubung awal dan akhir perjalanan (first-mile-last-mile) transportasi publik. Sehingga, diperlukan layanan yang terintegrasi antarmoda. Integrasi ini akan membuat pengguna angkutan publik atau moda raya dapat melakukan perjalanan tanpa adanya hambatan, terutama selama masa pandemi.
Melihat permasalahan tersebut, Gojek akan meluncurkan layanan GoTransit sebagai solusi para pengguna untuk merencanakan dan memantau perjalanan dari atau ke berbagai titik hub transportasi publik melalui rekomendasi rute terintegrasi.
Solusi ini dijalankan karena melihat layanan GoRide dan GoCar menjadi pilihan masyarakat sebagai sarana penghubung awal dan akhir perjalanan (first-mile-last-mile) bagi pengguna transportasi publik di Jabodetabek.
Hal ini terbukti dari jumlah perjalanan dengan Gojek dari dan menuju hub transportasi yang meningkat 46% setiap tahunnya. “Kenaikan tersebut menunjukkan kehadiran layanan GoRide dan GoCar telah menjadi bagian penting yang melengkapi transportasi publik guna memenuhi kebutuhan mobilitas masyarakat wilayah urban,” jelas Raditya Wibowo, Head of Transport Gojek Group.
Raditya menambahkan, melalui layanan GoTransit, pengguna tidak hanya dapat memesan layanan GoRide dan GoCar tapi juga melakukan pemesanan maupun pembelian tiket transportasi multimoda.
Di sisi lain, pada masa adaptasi kebiasaan baru, Gojek telah menerapkan protokol J3K (Jaga Keamanan, Jaga Kesehatan, dan Jaga Kesehatan). Protokol ini menjadi solusi non-teknologi dari Gojek untuk menjaga keamanan para pelanggan maupun mitra driver selama pandemi belum berakhir.
Editor: Ramadhan Triwijanarko
