Apa yang ada di benak Anda ketika ditanya soal PT Pos Indonesia? Mayoritas di benak publik adalah seorang tukang pengantar surat berkeliling dari satu rumah ke rumah. Tidak salah, namun dengan berbagai dinamika terutama perkembangan teknologi, bisnis Pos Indonesia ikut beradaptasi dengan zaman.
Bisnis salah satu perusahaan BUMN ini pada intinya adalah pengiriman surat konvensional dan logistik. Namun, perbankan pun menjadi salah satu sektor yang kemudian berkolaborasi dengan Pos Indonesia. Di sektor finansial ini, mereka berkolaborasi dengan BRI untuk pemotongan kredit pensiun.
“Seiring perkembangan digital, PT Pos Indonesia juga mengubah pola pelayanan dan bisnis. Kami tidak seperti dulu. Sekarang, ada namanya layanan keuangan, di mana kalau dulu formulir wesel itu dokumennya abu-abu dan dilayani dengan cara tradisional, sekarang tidak lagi. Konsumen datang ke kantor pos, setor, lalu setelah itu mereka diberi pin untuk akses. Jadi, layanan itu sudah digital,” ujar Plt Direktur Digital dan Jasa Keuangan PT Pos Indonesia Febrianto di ajang IBEX 2015 di Jakarta pada Kamis (10/9/2015).
Walau sudah go digital, 60% pendapatan masih dari layanan kirim surat, paket, dan logistik. Dan platform digital digunakan untuk memberi sentuhan inovasi pada produk-produk yang dulunya diproses secara konvensional. Febrianto menyebut layanan business mail yang ada di beberapa titik wilayah seperti daerah pasar.
Konsepnya adalah jika ada perusahaan mau berkirim surat ke banyak tujuan seperti undangan, tidak perlu membawa banyak surat. Cukup membawa format surat dalam bentuk digital menggunakan flashdisk. Setelah itu PT Pos Indonesia akan mencetak dengan jumlah sesuai pesanan lalu tinggal kirim.
Lalu apa kabar para tukang pos? “Masih ada. Hanya saja sekarang mayoritas bukan untuk berkirim surat lagi. Kalau dulu orang menunggu tukang pos karena surat cinta. Sekarang, mereka dihindari karena membawa surat tagihan kredit dari bank,” tutup Febrianto sembari tertawa.