Dyandra Tetapkan Kontribusi ICE 7,5%

marketeers article
PT Sinarmas Land Tbk, salah satu pemegang saham di Indonesia Convention Exhibition (ICE) masih belum menjadikan gedung konvensi terbesar se-Asia ini sebagai pendulang pendapatan berulang (recurring income) perusahaan tahun 2015. Pihak Sinarmas mengatakan, kontribusi ICE bagi perusahaan baru akan dirasa pada tahun depan, alias pada tahun fiskal 2016.
 
“Kontribusi akan masuk tahun depan. Karena kami baru grand opening pada Agustus tahun ini. Jadi, karena sisa empat bulan, kami tidak bisa masukan kontrbusi ICE pada laporan keuangan 2015,” ucap Ishak Chandra, CEO Strategic Development & Services Sinarmas Land, Selasa, (28/7/2015). 
 
Ishak melanjutkan, sejak proyek seluas 117.000 m2 tersebut rampung pada awal tahun ini, pengelola ICE yaitu PT Indonesia International Expo (IIE), perusahaan joint venture antara Sinarmas (saham 49%) dengan Kompas Grup (51%), belum melakukan pemasaran apa pun. Pihaknya baru akan gencar menjaring klien terhitung Agustus mendatang. “Konser Katy Perry dan Michael Buble beberapa bulan lalu, bukanlah kami yang meminta mereka datang. Melainkan, pihak event organizer konser itulah yang datang ke kami,” ucap Ishak.
 
Mulyawan Gani, Managing Director Emerging Business Sinarmas Land menambahkan, pihaknya mengincar target klien di sektor konsumen personal, perusahaan swasta, maupun lembaga pemerintah. Gedung yang memiliki 10 exhibition hall itu dapat menjadi tempat dihelatnya acara MICE, seperti pameran, konser musik, pertandingan olahraga, seminar, dan sebagainya. 
 
“Kami berharap acara internasional, seperti Konferensi Tingkat Tinggi bisa dihelat di sini. Fasilitas kami sudah sekelas internasional. Sudah ada 200 tiang bendera di depan gerbang ICE,” ucap Gani.
 
Mengenai pendapatan berulang Sinarmas, Ishak bilang, kontribusinya terhadap pendapatan perseron masih sangat minim, alias hanya 4%. Ia berharap, angkanya menggendut menjadi 15% hingga akhir tahun berkat biaya sewa ritel di Breeze, AEON Mall, maupun gedung perkantoran. Artinya, 85% pendapatan Sinarmas ditopang dari sektor residensial dan apartemen.
 
“Menaikkan recurring income itu butuh waktu. Minimal terasa itu pada dua sampai tiga tahun. Income itu berguna saat krisis. Sebab, saat krisis, penjualan rumah bisa berhenti. Tapi, tetap saja, akan ada sewa yang berjalan,” katanya.
 
Ishak lebih lanjut mengatakan, pada dasarnya sulit untuk mengukur seberapa besar porsi recurring income terhadap bisnis perusahaan. Pasalnya, pendapatan dari sektor di luar recurring, seperti penjualan rumah tapak maupun apartemen mengalami kenaikan penjualan. “Sehingga, sulit bagi recurring income untuk mengejar,” katanya.
 
Di sisi lain, mitra Sinarmas di proyek ICE, yaitu PT Dyandra Media International Tbk (anak usaha Kompas Grup), sempat menyatakan bahwa keterlibatannya di bisnis konvensi ini diharapkan mampu menyumbang sekitar 7,5% dari target pendapatan Dyandra tahun ini yang dipatok antara Rp 1 triliun sampai Rp 1,2 triliun. Adapun, investasi ICE mencapai Rp 4 triliun.

    Related