Dalam dua dekade terakhir, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat peningkatan angka kejadian penyakit alergi pada anak, termasuk di Indonesia. Studi di beberapa negara di seluruh dunia menunjukkan prevalensi alergi protein susu sapi pada anak-anak di tahun pertama kehidupan mencapai sekitar 2% sampai 7,5%.
Kondisi inilah yang kemudian menjadi perhatian penuh Nutricia Sarihusada. Bertujuan meningkatkan kesadaran semua lapisan masyarakat terutama para bunda, tahun ini Nutricia Sarihusada kembali meluncurkan kampanye Bunda Tanggap Alergi dengan 3K (Kenali, Konsultasikan, Kendalikan) bertepatan dengan World Allergy Week yang jatuh di periode 2-8 April 2017. Meski memiliki alergi, anak bisa tetap ceria dan tumbuh dengan optimal karena Bunda Tanggap Alergi dengan 3K.
“Orang tua terutama bunda harus memahami alergi pada anak yang tepat. Terlebih alergi dapat terjadi karena faktor genetik, polusi, dan kelahiran secara sesar. Secara genetis, anak dengan orang tua yang tidak memiliki riwayat alergi masih dapat berisiko mengalami alergi sebesar 5%-15%. Namun, anak-anak dengan salah satu atau kedua orang tua yang memiliki riwayat alergi berisiko 20% hingga 60% mengalami alergi,” kata konsultan Alergi dan Imunologi Anak, Budi Setiabudiawan.
Faktor pemicu alergi atau alergen pun dibagi menjadi dua, yaitu pemicu hirupan dan makanan. Alergi protein susu sapi menjadi salah satu alergi makanan yang paling banyak terjadi pada anak-anak. Para ibu harus waspada karena alergi protein susu sapi dapat menyerang sistem saluran cerna (50-60%), kulit (50-60%), dan juga sistem pernapasan (20-30%).
Gejalanya dapat bersifat ringan seperti kemerahan, gatal, dan eksim pada kulit, hingga berat seperti gangguan pada saluran napas, kolik, diare berdarah, dan konstipasi. Gejala yang paling berbahaya adalah gagal tumbuh dan anaphylaxis atau penyempitan saluran napas.
Orang tua pun harus tanggap terhadap alergi dengan melakukan 3K, yaitu Kenali risiko dan gejalanya, Konsultasikan ke dokter agar anak memeroleh penanganan yang tepat, dan Kendalikan penyebab alergi dengan nutrisi yang tepat agar si Kecil bisa tetap tumbuh dengan optimal.
Tidak hanya secara fisik, alergi juga dapat mempengaruhi sisi psikologis Bunda maupun si Kecil. Menurut Psikolog Anak dan Keluarga Anna Surti Ariani, saat orang tua memiliki anak dengan alergi, apalagi alergi protein susu sapi yang lebih sulit dihindari dibandingkan alergi makanan lainnya, mereka akan mengalami masalah parenting yang kompleks. Orang tua bisa mengalami stres, cemas berlebih, hingga merasa gagal dalam mengasuh anak,” jelasnya.
Lebih lanjut, si Kecil yang memiliki alergi protein susu sapi juga rentan mengalami stres dan kecemasan berlebihan. Mereka jadi kehilangan keceriaan dan tidak bisa bermain dengan bebas karena kekhawatiran Bunda atas munculnya alergi sewaktu-waktu. Selain itu, karena mereka perlu menghindari konsumsi makanan dan minuman pemicu alergi, kegiatan sederhana seperti bertukar bekal pun dapat menjadi momen yang mengkhawatirkan karena mungkin mengandung alergen. Stres bisa muncul jika teman-temannya menganggap aneh, menjauhi atau menolak berteman karena si Kecil alergi.
Untuk memaksimalkan perkembangan mental si Kecil yang memiliki alergi, Bunda juga bisa menerapkan 3K. Kenali sifat anak, kemampuan diri sendiri, dan lingkungan sekitar anak. Konsultasikan pada dokter bersama anggota keluarga yang bisa memberikan dukungan moral. Kendalikan dengan mengajarkan anak tentang makanan yang boleh atau tidak boleh ia makan dengan cara menyenangkan, membuatkan bekal yang menarik, dan jangan ragu informasikan kondisi anak pada guru atau orang tua teman.
Melalui kampanye Bunda Tanggap Alergi dengan 3K ini, Nutricia Sarihusada menyampaikan pesan-pesan di atas. Tidak cukup hanya dengan konten yang baik, strategi komunikasi pun harus secara tepat dilakukan. Memasuki tahun keduanya, kombinasi kanal komunikasi above the line (ATL) dan below the line (BTL).
Tahun lalu, kampanye ini berhasil mengedukasi lebih dari 13 juta bunda di Indonesia. Tahun ini, edukasi dilakukan melalui tiga cara. Pertama, edukasi langsung kepada para ibu melalui seminar di rumah sakit di 10 kota yang dibawakan oleh dokter dan psikolog, serta kegiatan Funwalk. Kedua, edukasi melalui media massa, yaitu media gathering di tiga kota, talkshow di televisi dan radio dan edukasi melalui iklan layanan sosial di televisi. Ketiga, edukasi melalui kanal digital seperti website www.alergianak.com dan media sosial.
Maria Melissa,Head of Tailored Nutrition Sarihusada, berharap akan semakin banyak lagi orang tua yang tanggap dan mengerti mengenai informasi seputar alergi pada anak. Sehingga, bisa memberikan perlakuan terbaik ketika anak mereka terkena alergi.
Editor: Sigit Kurniawan