Efisiensi Bujet Brand Marketing Jadi Tantangan Pemasar Tahun 2025


Strategi pemasaran terus mengalami perubahan seiring dengan perkembangan teknologi, perilaku konsumen, dan tren bisnis global. Para pemasar harus siap menghadapi berbagai tantangan agar tetap relevan dan mampu bersaing di pasar yang semakin kompetitif.

Iwan Setiawan, Chief Executive Officer (CEO) MarkPlus, Inc. dan Marketeers menjelaskan tantangan bagi pemasar untuk mengembangkan bisnis tidak hanya disebabkan faktor eksternal, seperti perubahan perilaku konsumen, penurunan daya beli, dan kondisi ekonomi makro. Kendati demikian, tantangan terbesar justru datang dari faktor internal perusahaan yang saat ini kerap memangkas bujet untuk brand marketing.

BACA JUGA: Tumbuh 11,5%, Brand Value Allianz Capai US$ 20 Miliar

Iwan bilang pemangkasan bujet marketing hampir terjadi di seluruh industri dengan tujuan untuk melakukan recovery setelah pandemi COVID-19. Alhasil, situasi ini menghambat pertumbuhan brand dalam jangka panjang dan berisiko membawa merek terperosok dalam jebakan komoditas.

“Ada budget cuts di mana-mana atau kalau tidak turun ya biasanya tidak naik, jadi stay di situ saja. Sedangkan target penjualan makin besar. Biasanya brand marketing adalah yang pertama kali dikorbankan kalau ada budget cuts,” katanya dalam acara Wow Brand 2025 bertajuk Experiential Emotional Branding di Jakarta, Rabu (26/2/2025).

BACA JUGA: Tingkatkan Brand Value, PUMA Tunjuk NCT 127 Jadi Brand Ambassador

Pemasar umumnya melakukan pemangkasan anggaran brand marketing untuk dialokasikan ke trade marketing dan performance marketing yang memberikan dampak dalam jangka pendek. Tujuannya untuk memberikan peningkatan penjualan secara instan.

Tidak adanya bujet untuk brand marketing membuat merek kehilangan diferensiasi. Ketika terjadi kondisi seperti ini, hal yang jamak terjadi adalah brand melakukan perang harga guna mendapatkan penjualan sebanyak-banyaknya.

“Kalau sudah perang harga impact-nya profitabilitas akan ikut turun,” ujar Iwan.

Iwan menyebut, lingkaran setan ini membawa brand masuk dalam jebakan komoditas. Sehingga tidak bisa memberikan layanan yang baik atau memberikan transformasi bagi konsumen.

Jika kondisi ini terus berlanjut dan pemasaran tidak bisa keluar dari pemangkasan anggaran brand marketing, secara perlahan tapi pasti akan menggerus brand value yang telah dibangun.

“Jadi brand itu tidak boleh turun, harus terus naik dalam kondisi sesulit apa pun. Brand harus memiliki progres yang baik setiap tahunnya,” tuturnya.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS