Eka Ria, Resto Legendaris yang Sukses Bertahan Tiga Generasi

marketeers article

Mempertahankan bisnis resto legendaris tidaklah mudah, perlu komitmen kuat dari setiap generasi penerus untuk berjuang agar bisnis tetap eksis. Eka Ria menjadi salah satu resto sejak tahun 1925 yang berhasil ramai pengunjung hingga saat ini. Sebagai resto chinese food, Eka Ria terus beradaptasi dengan perubahan pasar, apa lagi harus bersaing dengan resto-resto baru yang semakin menjamur dengan aneka menu kekinian. Resto yang sebelumnya bernama JIT LOK JUN ini berlokasi di Gajah Mada, Jakarta dan telah dikelola oleh generasi ketiga, yaitu oleh Koko Suharto. Menurut Koko, chinese food memiliki beberapa kategori hidangan, antara lain Hakka, Kanton, dan Sichuan. Sementara, resto Eka Ria menyuguhkan hidangan Cina peranakan berciri Kanton.

“Sejak awal berdiri, sebagian bumbu diganti dan disesuaikan dengan selera masyarakat Indonesia. Artinya, Eka Ria telah melakukan adaptasi sedari dulu agar senantiasa relevan. Inilah yang membedakan Eka Ria dengan resto chinese food lainnya,” papar Koko Suharto, Owner Restoran Eka Ria.

Adaptasi tidak sebatas hidangan saja. Eka Ria juga melakukan adaptasi lokasi dengan beberapa kali memindahkan restonya ke lokasi strategis. Selain itu, adaptasi juga diwujudkan dengan merenovasi rumah makannya di awal pandemi COVID-19.

“Di tengah situasi serba tidak pasti seperti saat ini, kami tak boleh monoton. Kami melakukan aneka penyesuaian. Meski demikian, kami mempertahankan ciri khas kami sebagai resto chinese food yang unik pada menu hidangannya, yaitu nasi manis dan burung dara yang masih sangat diminati hingga sekarang,” tambah Koko.

Ia melihat setiap masa memiliki tuntutan yang berbeda. Demikian juga dengan perilaku dan minat konsumen. Di masa pandemi, konsumen lebih memilih mengakses makanan melalui kanal online karena pembatasan sosial yang berlaku. Di awal pandemi, mereka juga masih dibayangi ketakutan terpapar virus. Tren tersebut menuntut resto legendaris ini juga memaksimalkan kanal online untuk penjualan menu-menunya.

Tentunya, kondisi ini cukup menantang bagi Eka Ria. Pasalnya, rasa makanan yang dimakan langsung di resto dengan makanan yang take away tentu akan berbeda. Namun suka tidak suka, demi menjaga eksistensinya, Eka Ria turut terjun ke kanal online tersebut. Ditambah, persaingan selama pandemi yang semakin ketat akibat banyaknya pemain di bisnis kuliner yang menjalankan usahanya secara online. Tren ini membawa kemudahan bagi konsumen, namun cukup menantang bagi pelaku bisnis.

Dalam memperkenalkan hasil adaptasi yang telah dilakukan ke segmen muda, Eka Ria memanfaatkan media sosial, seperti Facebook dan Instagram. Koko menilai, segmen muda cenderung tertarik pada desain interior dan eksterior dari sebuah tempat makan. Maklum saja, segmen ini cenderung ingin eksis di media sosial dengan mengunggah sudut-sudut bangunan dan menu makan yang instagramable. Ia juga menyadari peran segmen muda ini sebagai pengambil keputusan dalam memilih sebuah tempat makan.

“Restoran Eka Ria memiliki ciri khas yang kuat. Ini yang tetap kami pertahankan dan tonjolkan. Ini yang dicari konsumen dari resto kami. Bila kami mengubahnya, mereka bisa pergi,” pungkas Koko. 

Editor: Sigit Kurniawan

Related

award
SPSAwArDS