Industri jasa disebut-sebut sebagai kunci bagi Indonesia untuk keluar dari middle income trap. Meski demikian, pengembangan sektor ini masih terkendala keterampilan tenaga kerja yang relatif rendah. Hal ini menjadi tantangan berat negara karena Indonesia memilki SDM luar biasa banyak.
Menurut Thorsten Kirschke, Presiden Carlson Rezidor Hotel Group Asia Pasifik, industri hospitality membutuhkan keterampilan yang baik dan Indonesia memiliki prospek yang bagus di bidang ini. Kontribusinya terhadap GDP juga masih rendah sehingga terbuka ruang yang besar untuk dimanfaatkan. Apalagi, melihat satu dari sepuluh lapangan kerja secara global datang dari industri jasa.
“Di sisi lain, bujet promosi Indonesia di kancah global juga makin meningkat hingga sepuluh kali lipat, termasuk melalui platform digital. Menurut saya, selain pembangunan infrastruktur TI yang krusial, industri jasa juga membutuhkan kepastian jangka panjang,” terang Kirschke dalam forum The Economist di Jakarta, Rabu (11/2/2014).
Sementara itu, Gianfranco Casati, Group Chief Executive, Growth Market Accenture, menjelaskan bahwa beberapa tahun lalu industri manufaktur masih menjadi pendorong utama ekonomi. Namun, sejak sepuluh tahun lalu terjadi beberapa perubahan. Sektor jasa semakin memberikan kontribusi penting bagi pertumbuhan ekonomi sebuah bangsa. Hal ini juga terjadi di Indonesia seperti halnya di India, dan salah satu sektor jasa yang memiliki prospek baik adalah pendidikan.
“Ekonomi yang berbasis pada manufaktur sangat tergantung dengan Infrastuktur. Namun, untuk ekonomi yang berbasis jasa, dimensinya agak berbeda. Keterampilan dan pendidikan adalah dua hal yang sangat krusial,” ujar Casati.
Dalam meningkatkan daya saing di bidang jasa, Indonesia perlu melakukan berbagai perbaikan sehingga mampu menarik para investor dan membantu peningkatan keterampilan SDM yang ada. Ada dua jenis perusahaan asing, yaitu yang menyediakan investasi dan yang langsung beroperasi di sini. India misalnya dapat menyediakan ekosistem yang baik sehingga para investor yang masuk juga bisa mengembangkan bisnis dan strategi jangka panjangnya, terutama dalam bidang teknologi.
Teknologi informasi sejatinya menjadi salah satu saluran dalam upaya meningkatkan daya saing sektor jasa Indonesia. Wirausaha lokal, terutama dengan dukungan IT yang baik, dapat menjangkau pasar luar negeri dan meningkatkan radius bisnisnya lebih luas lagi.
Alexander Rusli, President Director dan CEO Indosat, mengatakan telekomunikasi adalah sektor yang penting terkait dengan ekonomi berbasis jasa. Hal ini misalnya terlihat dari penggunaan smartphone yang masif dan intens. Perangkat bergerak menjadi hal yang pertama kali dilihat orang saat bangun di pagi hari dan menjadi hal terakhir yang disentuh orang sebelum tidur.
“Saya sangat yakin dengan pertumbuhan telekomunikasi di Indonesia. Jasa digital seperti e-commerce misalnya terus berkembang. Demikian juga dengan pengembang aplikasi dan jasa berbasis teknologi. Menurut saya, ruang digital adalah milik semua orang dan mereka berpeluang untuk mengembangkan bisnis melalui platform ini,” kata Alex.
Menariknya, ia mengatakan dinamika digital services di Indonesia sangat unik. Secara nasional, e-commerce tidak terlalu tinggi karena cukup banyak daerah-daerah yang belum siap. Namun bila bicara Jawa atau Jakarta, penetrasinya cukup tinggi.
Ia menjelaskan salah satu masalah utama sektor telekomunikasi di Indonesia adalah banyaknya operator yang diberikan lisensi sementara frekuensi sangat terbatas. Ini mengurangi kualitas jasa yang berikan kepada pelanggan.