Optimisme bahwa tahun 2016 bakal lebih baik terus bermunculan. BNI Asset Management mengatakan bahwa tahun ini merupakan tahun pemulihan bagi perekonomian Indonesia.
BNI Asset Management memprediksi ekonomi Indonesia akan tumbuh di angka 5,2% yang didukung dari beberapa katalis seperti peningkatan belanja infrastruktur dari Rp 290 triliun menjadi Rp 314 triliun, atau naik 8,3%.
BI Rate pun diprediksi akan turun 75 basis poin di sepanjang 2016 seiring inflasi yang terkendali. “Meski nilai tukar rupiah masih terdepresiasi, tapi range-nya tidak akan terlalu lebar karena proyeksi The Fed akan menurunkan suku bunga tidak seperti yang dibayangkan sebelumnya,” kata Hanif Mantiq, Head of Investment BNI Asset Management.
Ya, jika sebelumnya banyak analis yang memprediksi bahwa The Fed akan menaikkan suku bunganya menjadi 4% hingga tahun 2020 mendatang, kondisi itu telah berubah. Hanif pun memprediksi bahwa Bank Sentral AS itu hanya menaikkan suku bunganya sebesar 25 basis poin pada tahun 2016 ini.
Imbal hasil yang menarik akan membuat bursa saham Indonesia kembali bergairah. Credit Default Swap Indonesia masih lebih baik dibandingkan negara berkembang lainnya, seperti Afrika Selatan, Brazil, atau Rusia. Belum lagi banyaknya usia produktif Indonesia yang mencapai 60%.
Fundamental Indonesia pun diprediksi bakal lebih baik pada tahun ini. Namun, ada dua hal yang menjadi perhatian BNI Asset Management terkait faktor eksternal. Pertama, perlambatan ekonomi Tiongkok.
“Tiongkok sebenarnya sudah melakukan berbagai cara ekstrem agar ekonomi mereka tidak hard landing. Mulai dari devaluasi yuan, penurunan Giro Wajib Minimum, hingga menurunkan bunga. Namun, tidak ada yang tahu ke depannya seperti apa,” kata Hanif.
Kedua, penurunan harga minyak. Menurut prediksi Hanif, jika harga minyak dunia terus berada di bawah US$ 30 per barel untuk waktu yang lama, hal itu bisa berdampak buruk terhadap negara penghasil minyak. “Saya khawatir bakal ada obligasi yang default. Sebenarnya bagus buat Indonesia karena inflasi terjaga. Namun, tidak untuk negara lain,” katanya.
Pada tahun 2016, BNI Asset Management melihat yield Surat Utang Negara (SUN) bertenor 10 tahun bisa turun ke 7,75% dari 8,74% sehingga memberikan potensi return hingga 15,8%. Sedangkan obligasi korporasi bertenor 5 tahun dengan peringkat AAA bisa memberikan potensi return hingga 13,5% karena yield turun dari 10,43% menjadi 9,38%.
Sedangkan BNI Asset Management melihat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi menguat di angka 5.429 hingga akhir 2016. Saham-saham yang layak menjadi pilihan adalah kebutuhan sehari-sehari, pakan ternak, telekomunikasi, konstruksi dan perbankan.