Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi kuartal III tahun 2022 tumbuh sebesar 5,27%. Kendati demikian, kondisi ekonomi diperkirakan masih menyisakan banyak tantangan berat dalam beberapa waktu ke depan.
Bahlil Lahadalia, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengimbau semua pemangku kebijakan untuk tidak terbuai dengan kondisi tersebut. Dia meminta semua pihak untuk tetap waspada dan bekerja keras menjaga stabilitas.
BACA JUGA: Mendag: Peningkatan Ekspor Jadi Motor Pertumbuhan Ekonomi
“Saya sedikit berbeda pendapat dengan orang-orang yang menyebut ekonomi kita sedang baik-baik saja. Pertumbuhan ekonomi kita sekarang 5,27% tapi saya ingatkan untuk jangan terbuai dengan kondisi ini,” kata Bahlil dalam konferensi pers virtual, Kamis (10/11/2022).
Menurutnya, angka pertumbuhan ekonomi yang didapat dari titik acuan atau baseline yang digunakan per kuartal III tahun 2021. Pada saat itu, angkanya lebih rendah atau tidak lebih dari 4%.
BACA JUGA: BPS Laporkan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III Sebesar 5,72%
Adapun pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV tahun 2022 akan menghadapi tantangan yang jauh lebih berat dari sebelumnya. Bahkan, kondisinya akan semakin memburuk hingga tahun depan.
Bahlil mengimbau semua pihak agar tidak terlalu terbawa euforia pertumbuhan ekonomi saat ini. Terlebih lagi, pada tahun 2023 memasuki tahun politik sehingga diperlukan stabilitas politik untuk menjaga kepercayaan investor.
“Tahun 2023 saya berani taruhan bahwa ekonomi kita, ekonomi global tidak akan sebaik 2022 kalau tidak mampu memastikan stabilitas. Ekonomi pada 2023 akan lebih baik kalau ada jaminan stabilitas politik, keamanan, maupun kebijakan yang kontinu,” ujarnya.
Bahlil tak mau takabur memprediksikan ekonomi lebih baik pada kuartal IV 2022 dan tahun 2023. Kendati demikian, dia tetap optimistis ekonomi nasional masih berada dalam jalur yang telah ditetapkan.
“Tapi harus realistis, jangan sampai kita terjebak dengan optimisme yang sesungguhnya kondisinya tidak mampu diwujudkan dengan baik. Jadi kesimpulan saya, tahun 2023 akan terjadi perlambatan global karena memang akan memasuki sebagian negara-negara resesi,” tuturnya.
Editor: Ranto Rajagukguk