Perusahaan rintisan (startup) insurtech, Fuse berhasil menjual 5 juta polis di Vietnam sejak melakukan ekspansi di wilayah Asia Tenggara (ASEAN) pada tahun 2021. Angka tersebut menjadi sebuah capaian besar yang dibukukan oleh Fuse di luar Indonesia.
Andy Yeung Founder dan Chief Executive Officer (CEO) Fuse mengatakan dengan capaian tersebut perusahaan bertekad menjadi pemain insurtech kunci di Vietnam, dengan mengembangkan platform teknologi yang unik dan mendukung model bisnis yang berbeda sesuai dengan keragaman cara end-customer ingin membeli produk asuransi. Adapun produk yang dijual, yakni asuransi mikro melalui kanal e-commerce dengan harga yang terjangkau bagi semua kalangan.
BACA JUGA: Kejar Pertumbuhan Bisnis, Sayurbox Putuskan PHK 5% Karyawan
Moncernya penjualan lantaran Fuse mereplikasi model Business to Agent/ Broker to Customer atau B2A2C yang terbukti sukses dikembangkan di pasar Indonesia ke Vietnam. Adapun aplikasi Fuse Pro membantu partner, agen, dan broker mengubah bisnis mereka dari offline menjadi online.
“Momentum di Vietnam sangat positif seiring dengan dampak pandemi COVID-19 yang mulai menurun. Strategi kami adalah menggabungkan teknologi dengan pengetahuan yang kami miliki, untuk menciptakan bisnis yang benar-benar mengerti kebutuhan asuransi di Vietnam. Ini bukan hanya tentang pertumbuhan bisnis, tetapi juga tentang bagaimana kami bisa membuat lebih banyak orang di Vietnam mendapatkan proteksi asuransi dengan mudah,” kata Andy melalui keterangannya, Selasa (13/12/2022).
BACA JUGA: Pola Pikir UKM Hari ini Banyak Berkiblat ke Startup Model yang Berisiko Tinggi
Sementara itu, Tran Diem Ngoc Quynh, Head of Vietnam Fuse mengatakan industri asuransi Vietnam punya potensi dan ruang yang luas untuk dieksplorasi. Pasalnya, penetrasi asuransi Vietnam masih sekitar 2,3% hingga 2,8%.
Kondisi tersebut tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN lainnya. Ini menjadi peluang bagi pemain insurtech seperti Fuse, yang memiliki pengalaman dalam inovasi teknologi, untuk meningkatkan tingkat adopsi dan penetrasi asuransi.
Potensi tersebut juga tercermin dari data laporan e-Conomy SEA 2022 yang dipublikasikan oleh Google, Temasek dan Bain & Company. Pertumbuhan ekonomi digital Vietnam diproyeksikan akan cemerlang pada tahun 2025.
Vietnam diprediksi mencapai gross merchandise value (GMV) sebesar US$ 23 miliar di akhir tahun 2022 dan diprediksi mencapai US$ 49 miliar di tahun 2025. Industri asuransi umum di Vietnam juga diprediksi tumbuh karena didukung oleh pemulihan ekonomi yang kuat, peningkatan frekuensi bencana alam, dan pertumbuhan asuransi wajib.
“Pasar asuransi non-jiwa sangat kompetitif di Vietnam. Kami berharap bisa membawa angin segar. Alih-alih mendisrupsi dunia asuransi, kami menggunakan teknologi untuk mengaktifkan berbagai stakeholder di ekosistem asuransi,” tuturnya.
Editor: Ranto Rajagukguk