Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan ekspor batik Indonesia bisa mencapai US$ 100 juta atau setara Rp 1,5 (kurs Rp 15.190 per US$). Peningkatan target ekspor ditetapkan mempertimbangkan peranannya yang sangat penting bagi perekonomian nasional.
Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Perindustrian menuturkan kinerja ekspor batik nasional terus mengalami peningkatan setiap tahun. Dengan demikian, peningkatan target ekspor merupakan hal yang sangat realistis untuk dilakukan.
BACA JUGA: 5 Cara Yang Bisa Dilakukan Untuk Merawat Batik Terjaga Keindahannya
Agus menyebut sepanjang tahun 2022 nilai ekspor batik mencapai US$ 64,56 juta yang mengalami peningkatan sebesar 30,1% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Kemudian, sepanjang Januari hingga April 2023 nilai ekspornya mencapai US$ 26,7 juta.
“Industri batik juga merupakan sektor padat karya yang telah menyerap tenaga kerja hingga jutaan orang. Artinya, sektor industri batik ini telah memberikan kehidupan dan penghasilan bagi jutaan rakyat Indonesia,” kata Agus melalui keterangannya, Kamis (3/8/2023).
BACA JUGA: Turut Lestarikan Budaya, Antam Rilis Emas Batik Indonesia Seri Ketiga
Menurutnya, kinerja industri batik akan makin tumbuh, terlebih lagi setelah lepas dari dampak pandemi COVID-19. Selain itu, sinyal positif menggeliatnya ekonomi juga diberikan oleh IMF yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada 2023 mencapai 3%, meningkat dari perkiraan sebelumnya dari proyeksi April lalu 2,8%.
“Sesuai yang disampaikan Bapak Presiden Joko Widodo, saat ini menjadi momentum yang sangat baik bagi industri batik untuk bisa kembali bangkit, karena perekonomian sedang tumbuh,” ujarnya.
Dalam upaya pengembangan industri batik diperlukan kolaborasi dari berbagai pihak, seperti asosiasi, pelaku usaha, desainer, akademisi, e-commerce hingga influencer untuk dapat mengembangkan, memperkenalkan serta mempromosikan potensi kekayaan batik dalam negeri. Agus bilang batik Nusantara memiliki keunggulan dan daya saing yang tinggi karena motif, desain, dan coraknya yang inovatif dengan berbasis kearifan lokal.
“Batik sangat istimewa, tidak saja karena keindahannya, tetapi juga punya makna dan filosofi yang dalam. Batik adalah wajah kita dan kehormatan kita,” ucapnya
Agus menyebutkan saat ini terdapat empat indikasi geografis batik, yaitu Batik Tulis Nitik Yogyakarta, Batik Besurek Bengkulu, Sarung Batik Pekalongan, dan Batik Tulis Complongan Indramayu. Indikasi geografis batik merupakan bentuk perlindungan terhadap kekayaan intelektual atau motif batik yang jadi ciri khas suatu daerah.
Guna meningkatkan daya saing industri batik Indonesia, Kemenperin mendorong proses pembuatan batik yang ramah lingkungan. Tujuannya untuk menciptakan efisiensi pemakaian bahan baku, energi, dan hemat air, sehingga limbah yang dihasilkan lebih sedikit.
Hal ini sejalan dengan implementasi prinsip industri hijau yang dapat mendukung konsep ekonomi secara berkelanjutan. Kemenperin mendorong pelaku industri batik untuk menerapkan konsep reuse, recycle, dan recovery (3R).
Misalnya, penggunaan malam atau lilin khusus bekas untuk didaur ulang sehingga menciptakan nilai efisiensi. Selanjutnya, zat warna dapat didaur ulang melalui Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Editor: Ranto Rajagukguk