Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melaporkan sepanjang tahun 2023 ekspor industri manufaktur mencapai US$ 186,98 miliar atau setara Rp 2.923 triliun (kurs Rp 15.637 per US$). Adapun kontribusi manufaktur terhadap total nilai ekspor sebesar 72,24% dari US$ 258,82 miliar.
Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Perindustrian menuturkan realisasi ekspor selama Januari hingga Desember 2023 naik tipis di atas target sebesar US$ 186,40 miliar. Kendati demikian, torehan ini masih cukup baik di tengah ketidakstabilan ekonomi dunia yang masih terjadi.
BACA JUGA: Hingga Desember 2023, Nilai Ekspor RI Turun 11,33%
“Untuk tahun 2024, kami menargetkan US$ 193,4 miliar. Kami optimistis bisa tercapai,” kata Agus melalui keterangannya, Kamis (18/1/2024).
Beberapa sektor yang menjadi penyumbang paling besar terhadap capaian nilai ekspor industri manufaktur nasional, antara lain industri logam dasar, industri makanan, industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia. Kemudian, ada pula sektor industri kendaraan bermotor, trailer dan semitrailer, industri komputer, barang elektronik, dan optik, serta industri kertas dan barang dari kertas.
BACA JUGA: Pertama Kali, Ekspor Cina Merosot dalam 7 Tahun Terakhir
“Kinerja ekspor yang melaju ini tentunya berperan besar terhadap pembentukan neraca perdagangan industri manufaktur menjadi surplus sebesar US$ 17,39 miliar. Ini artinya melanjutkan capaian surplus pada tahun 2022 lalu,” tuturnya.
Agus menyebut tren positif ini mengukuhkan industri manufaktur nasional sebagai tulang punggung perekonomian nasional. Oleh karena itu, pemerintah benar-benar fokus dan memberikan perhatian lebih untuk membangkitkan kembali performa industri manufaktur, dengan memperkuat sinergi di antara para pemangku kepentingan terkait dalam melaksanakan berbagai kebijakan strategis.
Di sisi lain, kekuatan industri manufaktur nasional di kancah global, juga ditunjukkan dari laporan Safeguard Global yang menyebutkan Indonesia masuk sepuluh besar penyumbang produk manufaktur dunia, yang sekaligus satu-satunya negara di Asia Tenggara (ASEAN) dalam daftar tersebut. Berdasarkan publikasi tersebut, Indonesia berkontribusi sebesar 1,4% kepada produk manufaktur global.
Posisi ini merupakan kenaikan signifikan, karena pada empat tahun yang lalu, Indonesia masih berada di posisi 16. Tercatat, sepanjang Januari hingga Desember 2023, pangsa pasar ekspor industri pengolahan Indonesia masih terkonsentrasi di Cina dengan share 23,60%, disusul Amerika Serikat (AS) 12,25%, dan India 6,33%.
Selanjutnya, proyeksi tahun tahun 2024, aktivitas ekonomi global masih menghadapi risiko dan ketidakpastian, tercermin pada proyeksi perlambatan pertumbuhan ekonomi global oleh berbagai lembaga internasional yang juga diikuti oleh moderasi harga komoditas. Hal ini secara langsung akan memberikan pengaruh terhadap aktivitas perdagangan Indonesia.
“Kami akan terus memantau dampak dari kondisi global terhadap ekspor nasional, serta menyiapkan langkah-langkah yang antisipatif melalui keberlanjutan kebijakan strategis seperti hilirisasi sumber daya alam, peningkatan daya saing produk manufaktur yang berorientasi ekspor, serta melakukan diversifikasi negara mitra dagang utama atau membidik negara nontradisional sebagai tujuan pasar ekspor,” tutur Agus.
Editor: Ranto Rajagukguk