Ekspor Tenun dan Batik Ditargetkan Sentuh US$58,6 Juta

marketeers article
candles line paint fabric batik

Nilai ekspor produk tenun dan batik ditargetkan Kementerian Perindustrian (kemenperin) tembus US$58,6 juta di tahun ini. Angka ini naik 10% dibandingkan capaian tahun lalu sebesar US$53,3 juta.

Potensi ekspor batik dan tenun Indonesia memang sudah ada, terlihat dari minat sejumlah negara seperti Jepang, Belanda, dan Amerika Serikat akan produk ini. Peningkatan ekspor tenun dan batik nasional kian terbuka seiring dengan peningkatan nilai tambah produk dan kerja sama ekonomi dengan negara-negara potensial.

“Tenun dan batik merupakan high fashion yang nilai tambahnya tinggi, bukan sebagai komoditas. Maka itu, ekspor untuk industri ini terus kami dorong. Apalagi, sekarang Wastra Nusantara semakin beragam dan diminati konsumen global,” ucap Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Rabu (20/03/2019).

Menurut Airlangga, industri tenun dan batik yang merupakan bagian dari kelompok industri tekstil dan busana memiliki kontribusi cukup besar terhadap perekonomian nasional. Industri tenun dan batik, banyak ditekuni oleh pelaku Industri Kecil dan Menengah (IKM) yang tersebar di sentra-sentra industri. “Selain berorientasi ekspor, sektor ini juga tergolong padat karya,” ungkap Airlangga.

Kemenperin mencatat, sentra industri batik di Jawa mencapai 101 unit. Di dalamnya ada 3.782 unit usaha yang menyerap tenaga kerja hingga 15.055 orang. Sementara, tenun diproduksi di 368 sentra dengan 14.618 unit usaha dan mempekerjakan 57.972 orang.

Batik dan tenun merupakan kain tradisional yang kental dengan nilai budaya, dibuat dan diwariskan turun temurun, motif yang dibuat mengandung arti atau filosofi. Industri ini merupakan perpaduan revolusi industri ke-2 yang masih pakai canting, alat tenun bukan mesin, yang dipadukan dengan pasar generasi digital. “Jadi, pemerintah berkewajiban melindungi industri ini,” imbuhnya.

Airlangga menambahkan, guna mendorong ekspornya, pemerintah meminta kepada para perajin serta pengusaha tenun dan batik untuk terus berinovasi, khususnya dalam hal bahan baku. Sehingga, tenun dan batik Indonesia bisa bersaing dengan produk sejenis dari negara lain.

“Ini didorong untuk berani memakai material baru, sehingga dari segi desain dan kenyamanan dipakai semakin meningkat. Ada yang namanya Bemberg itu pengganti bahan sutera, bisa dimanfaatkan karena hasilnya selembut sutra,” tuturnya.

Upaya lainnya yang dilakukan pemerintah, yakni memfasilitasi berbagai promosi dengan menggelar pameran secara konsisten, seperti Pameran Adiwastra Nusantara, yang tahun ini sudah dilakukan untuk ke-12 kalinya. Tema yang diangkat pada tahun 2019 ini sangat menarik yaitu ‘Wastra Adati Generasi Digital’.

“Hal ini merupakan salah satu upaya untuk melestarikan dan mempromosikan budaya dalam karya wastra adati Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa wastra nusantara siap untuk bersaing di era ekonomi digital dimana persaingan usaha semakin kompetitif. Untuk menyikapi hal tersebut maka pemerintah berkewajiban meningkatkan daya saing produk dalam negeri,” jelasnya.

Related

award
SPSAwArDS