Empat Hal Buruk Penyebab Negara Krisis. Bagaimana dengan Indonesia?
Kebijakan Trump memang membuat sejumlah negara luluh lantak. Sebut saja Turki, Venezuela, Argentina, hingga Brazil. Mata uang negara emerging market itu melemah dan membuat inflasi melambung sangat tinggi. Meski sama-sama menyandang predikat emerging market, Indonesia memiliki fundamental yang berbeda dengan Turki, apalagi Argentina atau Venezuela.
Jika kita membandingkan Indonesia dan Turki, keduanya memang memiliki kemiripan. Misalnya sama-sama memiliki defisit transaksi berjalan, utang, dan pelemahan nilai tukar. “Tapi, angka mereka jauh lebih buruk. Sedangkan kita tidak,” kata Adrian Panggabean, Chief Economist PT Bank CIMB Niaga Tbk.
Adrian yang pernah menjadi penasihat ekonomi bagi Perdana Menteri Brunei Darussalam menyebutkan, ada empat indikator yang bisa membuat sebuah negara mengalami krisis. Pertama, bad matriks. Di sini, meski matriks Indonesia tidak terlalu baik, namun tidak terlalu buruk. Debt to GDP masih di angka 30%an, cadangan devisa masih di angka US$ 115 miliar per Oktober 2018, dan lainnya.
Kedua, bad policy respons. Jika dibandingkan Indonesia pada tahun 1998, perbankan Indonesia saat ini memiliki rasio kecukupan modal alias Capital Adequacy Ratio (CAR) yang tinggi. Para pembuat kebijakan pun terbilang responsif terhadap kondisi dunia.
Ketiga, bad politics. Meski suhu dan drama politik di Indonesia terbilang heboh, namun itu hanya menjadi obrolan sebagian politisi. Belum ada gerakan yang ingin mengguncang atau menggulingkan sistem pemerintahan, seperti tahun 1998 silam.
Keempat, bad luck. Ketika krisis 2008 misalnya, perekonomian Indonesia terbilang tahan banting meskipun ‘pusat gempa’ terjadi di AS dan Eropa. “Turki memang apes karena Erdogan memiliki perselisihan dengan Trump. Sedangkan Indonesia tidak. Keempat hal itu memang terjadi pada Indonesia 98. Tapi tidak ada di Indonesia saat ini. Apakah kita harus worry dengan krisis? I dont think so,” Adrian.
Sajian selengkapnya bisa Anda baca pada
Marketeers edisi November 2018 bertajuk
Indonesia Economic Outlook 2019