Empat Jaminan yang Harus Disiapkan Destinasi Pariwisata di Tengah Pandemi

marketeers article
Para pelaku usaha di sektor pariwisata diminta bersiap hadapi lonjakan wisatawan.

Coronavirus (COVID-19) berdampak besar bagi industri perjalanan dan pariwisata secara keseluruhan. Sejak kemunculan wabah ini di berbagai negara, tidak sedikit turis yang harus melakukan pembatalan atau penundaan rencana perjalanan mereka. Namun, bukan hanya turis yang harus menghadapi kerugian, para pelaku bisnis di sektor pariwisata turut terkena imbasnya.

Maka penting bagi destinasi wisata, hotel, atau para pelaku bisnis di sektor pariwisata untuk bersiap. Agar ke depannya, mereka dapat bertahan dalam situasi seperti saat ini. Strategi jangka pendek dan panjang perlu dipikirkan.

Threat for over tourism sudah ada sejak dulu, tinggal bagaimana kita menyikapi hal ini. Setelah pandemi ini berakhir akan ada new behaviour dari para turis,” ujar Founder dan Chairman MarkPlus, Inc. Hermawan Kartajaya dalam program introduction Tourism Crisis Webinar Series: Threat and Opportunity, Senin (06/04/2020).

Ia memprediksi slow tourism akan menjadi pilihan para turis. Jadi, turis akan memilih tinggal di satu negara dalam waktu yang lebih lama.

Staycation juga menjadi pilihan bagi para turis nantinya. Terlebih lagi, bagi mereka yang masih enggan bepergian ke tempat lain karena kekhawatiran setelah COVID-19. Karenanya, para pelaku bisnis di sektor pariwisata harus aware tentang kebutuhan akan jaminan yang diharapkan konsumen.

“Destinasi wisata dan hotel harus bisa menjamin empat hal, yaitu safety, healthy, flexibility, dan sustainability. Contohnya dengan memberikan akses sambungan langsung dengan dokter selama 24 jam. Karena, hal itulah yang nantinya dapat memberikan rasa nyaman ketika berwisata setelah pandemi,” tutur Hermawan.

Dengan perubahan pola dan kebiasaan para turis nantinya, penting untuk memiliki rencana SPA (Surviving/Servicing, Preparing, dan Actualizing). Pada tahapan surviving untuk pariwisata perlu diperhatikan dua poin yang berhubungan dengan konsumen, yakni responsiveness dan empathy.

“Jangan dulu memikirkan profit tetapi pastikan cashflow aman,” ungkap Hermawan.

Sedangkan dua poin lainnya berhubungan dengan produk, yaitu price dan promotion. Hermawan menjelaskan bahwa penting bagi para pelaku bisnis di sektor pariwisata untuk mengomunikasikan segala hal yang sudah mereka siapkan. Kemudian tetapkan harga, pastikan tidak terkesan terlalu murah tetapi tetap bersifat fleksibel.

Editor: Ramadhan Triwijanarko

Related