Empat Langkah Pemasaran UKM di Masa Krisis

marketeers article
Business man sitting at table with market hand drawn diagrams

Adanya aturan pembatasan sosial menyebabkan terhentinya sebagian operasional bisnis. Perusahaan-perusahaan sedang dalam tahap bertahan hidup (surviving) dengan mempertahankan cashflow mereka pada masa krisis. Persoalan tersebut juga melanda para pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM).

Jacky Mussry, Presiden International Council for Small Business (ICSB) Indonesia bahkan memperkirakan terjadinya pelemahan daya beli dan menyebabkan perlemahan ekonomi berkepanjangan. Jika hal ini terus terjadi, UKM akan menjadi pelaku ekonomi yang mengalami dampak paling besar.

“Pada kuartal tiga (Q3) 2020, kita akan mengalami saat-saat harus bertahan hidup (surviving) untuk kemudian memperbaiki kondisi di Q4 2020. Memang masih lama, namun harus dipersiapkan dari sekarang,” katanya.

Untuk itulah, Diah Yusuf, VP Partnership ICSB Global Entrepreneur Business Coach dalam ICSB Academy Online, Rabu (08/04/2020), mengatakan bahwa UKM harus melakukan strategi pemasaran di masa krisis. Salah satunya dengan menerapkan DIAH.

“UKM harus tetap menggerakkan bisnisnya meski terjebak di tengah masa krisis, yaitu dengan terus bergerak agar brand-nya bisa bertahan, bahkan semakin kuat saat krisis berakhir,” katanya.

DIAH merupakan singkatan dari Discover new opportunity, Innovation become product solution, Active listening to target market, dan Human interest.

Di masa krisis, akan ada perubahan pada pasar yang harus digali oleh pelaku bisnis. Seperti di masa pandemi ini, peluang barunya bisa jadi dalam bentuk bisnis atau layanan digital. Hal ini bisa menjadi temuan baru yang bisa dikembangkan oleh pelaku UKM untuk memperkuat brandnya yang sudah establish sebelum krisis melanda.

Setelahnya, inovasi bisa menjadi cara pelaku bisnis mewujudkan langkah discovery. Diah memberikan contoh studi kasus permen Kopiko dari Mayora Indonesia.

Kopiko merupakan produk yang diciptakan dengan pertimbangan efisiensi meminum kopi untuk masyrakat yang semakin sibuk. Menurutnya, hal itu bisa dikembangkan dengan membuat produk baru berupa produk baru yang tetap bisa mengakomodasi masyarakat saat masa-masa social distancing ini.

“Misalnya orang tidak bisa ke kafe dan ke depannya bisa jadi akan masih banyak orang yang takut melakukan transaksi di tempat umum. Sehingga, hal ini akan menimbulkan behaviour baru di pasar. Maka, hadirkanlah produk yang bisa mereka beli tanpa harus ke kafe,” Diah memberikan perumpamaan.

Selanjutnya adalah Active listening to target market. Langkah ini menjadi lanjutan dari discovery dan innovation di mana sebagai pelaku bisnis harus mengetahui benar apa keinginan pasar.

Gunakan media sosial untuk melakukan riset pasar dalam mengulik apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh target market. Diah menegarkan bahwa komunikasi yang efektif menjadi kunci dalam langkah ini.

“Setelahnya, bisa lakukan pendekatan human interest. Pelaku bisnis sebagai brand owner bisa melakukan komunikasi pemasaran yang menunjukkan rasa empati. Sehingga setelah krisis selesai, brand memiliki hal yang membekas di hati pelanggan dan memiliki nilai advokasi baik,” tutup Diah.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related