Konsumen terus berubah seiring dengan perkembangan zaman. Jika dulu konsumen dapat diarahkan, kini konsumen cenderung memiliki ekspektasi terhadap apa yang diberikan oleh merek kepada mereka.
Agensi periklanan Dentsu Aegis Network (DAN) melihat perubahan ini harus dipandang serius. Lantas apa saja yang perlu diperhatikan? Berikut empat pesan Dentsu untuk mendekati konsumen di tengah kompleksitas dunia digital.
1. TV tetap powerful namun kian sensitif
“Untuk menjangkau 270 juta konsumen di negara kepulauan dari Sabang sampai Merauke, kanal TV masih sangat berpengaruh. Namun, kanal ini kini memiliki sensitivitas yang tinggi, khususnya untuk menyentuh konsumen generasi muda,” ujar Maya Watono, Country CEO Dentsu Aegis Network pada acara Jakarta CMO Club di kantor DAN, Rabu (16/10/2019).
Di tengah kondisi tersebut, kanal digital tumbuh sangat cepat. Bahkan, gabungan nilai dari dua raksasa internet Google dan Facebook kini mencapai USD 1,3 triliun. Nilai ini sangat besar. Bahkan, Anda perlu menggabungkan lima besar perusahaan media, seperti Disney, Time Warner, 21st Century Fox, CBS, dan Viacom untuk menyamai valuasi dari Google dan Facebook.
2. Dunia pemasaran kian kompleks
CMO Survey 2019 yang dilakukan oleh Dentsu Aegis Network menemukan berbagai kekhawatiran para pemasar. Di dalam risetnya, DAN menemukan 56% pemasar merasa lanskap persaingan di industrinya terus meningkat. Sebanyak 46% pemasar merasa bahwa pasarnya mulai intoleransi terhadap iklan. Dan, 44% para pemasae hari ini merasa bahwa informasi yang terpapar ke konsen hari ini sudah overload.
Dari sini, kreativitas pemasar untuk mencari sela dan membaca medan perang kian dibutuhkan. Kreatif saja tidak cukup, pemasar membutuhkan juga momentum yang tepat.
3. Merek tidak lagi memimpin dunia
Jika Anda masih beranggapan bahwa brand Anda hari ini masih memimpin persepsi konsumen, maka tinggalkan pemahaman tersebut. Kini, kita telah memasuki era pergeseran kekuatan antara merek dan konsumen. Dari posisi merek yang memimpin di atas konsumen, kini DAN percaya bahwa konsumen memiliki kuasa yang lebih besar di atas merek.
“Kunci sukses marketingnya, brand harus mampu mengubah perilakunya untuk menjawab ekspektasi konsumen. Bukan lagi merek yang mengubah perilaku konsumen,” tegas Maya.
4. Customer touch point tak lagi didikte oleh merek
Jika sepuluh tahun lalu customer touch point bisa didikte oleh merek melalui advertising, direct marketing, promosi, instore experience, atau seorang sales person, kini kecenderungannya telah bergeser.
“Dua per tiga touch point kini dikemudikan oleh konsumen melalui pencarian di mesin pencari, website pihak ketiga, media sosial, kolom review, blog, dan media digital lainnya. Jika dulu konsumen dapat diarahkan, kini konsumen cenderung memiliki ekspektasi terhadap apa yang diberikan oleh merek kepada mereka,” tutup Maya.
Editor: Sigit Kurniawan