Empat Pilar Strategi Media Sosial

marketeers article

Dalam waktu tidak terlalu lama, media sosial mengalami perkembangan yang pesat. Inovasi, penambahan fitur, maupun munculnya media-media sosial baru membuat platform komunikasi ini makin populer. Sementara itu, di kalangan bisnis, media sosial mulai akrab sebagai alat komunikasi pemasaran yang baru. Tapi, komunikasi di media sosial boleh dibilang unik dan membutuhkan pendekatan khusus. Banyak perusahaan yang kini menjadikan strategi media sosial sebagai bagian tidak terpisahkan dari strategi pemasarannya.

Dalam buku “The Social Media Bible” karangan Lon Safko dan David K. Brake (John Wiley & Sons, 2009) disebutkan ada empat pilar  yang mendukung strategi media sosial tersebut.  Keempatnya adalah komunikasi, kolaborasi, edukasi, dan entertainment.

Komunikasi

Media sosial memperkuat percakapan antara merek dengan audiens maupun pasar. Setiap perusahaan memiliki banyak konten yang bisa dipakai untuk berkomunikasi dengan audiensnya. Komunikasinya berjalan secara interaktif yang memiliki dampak berbeda dengan komunikasi tradisional. Di media sosial, audiens bisa langsung menanggapi atau memberi respons pada konten yang dikomunikasikan oleh pengelola merek. Lebih penting dari itu, pengelola merek bisa dengan gampang mendapatkan umpan balik maupun masukan dari konsumen.

Prinsipnya, bermedia sosial adalah perkara membangun percakapan dengan audiens. Sementara, kita tidak bisa mengontrol percakapan dengan media sosial itu. Yang bisa dilakukan adalah memengaruhi mereka.

Kolaborasi

Salah satu kekhasan dari media sosial adalah potensinya untuk menggalang kolaborasi dengan banyak pihak. Potensi kolaborasi yang besar ini mungkin tidak ditemui di era satu dekade sebelumnya. Wikipedia, misalnya, merupakan contoh bagaimana kolaborasi itu dilangsungkan. Wikipedia memberikan fasilitas bagi pembacanya untuk turut menciptakan sekaligus mengedit konten. Wikipedia berhasil memberdayakan komunitas pembacanya untuk terlibat dalam kepemilikan situs rujukan ini dengan memperkaya isinya. Hal yang sama juga bisa dilakukan oleh pemilik merek dengan menggandeng audiens untuk berkolaborasi pada ide, produk, maupun layanan yang ditawarkan kepada mereka.

Dengan kolaborasi ini, perusahaan justru bisa mengumpulkan kearifan kolektif (collective wisdom) dari audiens yang mungkin bermanfaat bagi perusahaan. Hasilnya, seperti halnya Wikipedia, situs referensi ini tidak hanya menjadi metode kolaboratif, tapi juga menjadi produk kolaborasi.

Edukasi

Media sosial juga bisa menjadi sarana edukasi kepada audiens. Proses berbagi ilmu dan keterampilan di media sosial juga mampu mendukung customer engagement yang sedang dibangun. Paling tidak, dengan edukasi melalui aneka fitur media-media sosial, kehadiran perusahaan di sana lebih bermakna (meaningful). Melalui media sosial, perusahaan juga bisa menyuguhkan aneka solusi praktis yang dibutuhkan audiens ketika menghadapi masalah. Perusahaan bisa memanfaatkan aneka platform media sosial, seperti Twitter, Facebook, Path, YouTube, Pinterest, dan sebagainya.

Entertainment

Salah satu yang menyenangkan bagi audiens di media sosial adalah hiburan atau segala konten yang mengusung hiburan. Perusahaan bisa memanfaatkan hiburan untuk membangun relasi yang lebih dekat dengan audiens. Biarkan audiens mendapatkan hiburan dengan kehadiran merek di kanal-kanal sosial ini—tentunya juga mendapatkan benefit lain yang berguna bagi kehidupan mereka.

*Sumber ilustrasi: http://skadeedle.com

Related