Mengatur keuangan pribadi menjadi tanggung jawab setiap orang. Sayangnya, tidak banyak orang yang berhasil dalam manajemen keuangan pribadi mereka lantaran masih terbelenggu di dalam pola pikir yang keliru. Faktanya, tak sedikit dari kita yang sering merasa telah menyisihkan uang untuk ditabung namun belum melihat hasil yang signifikan. Apa permasalahannya?
Berikut empat pola pikir yang keliru saat mengelola keuangan pribadi:
Ikut-ikutan tren
Coba evaluasi kembali keuangan kamu. Bisa jadi, selama ini kamu memiliki pola pikir latah atau yang kini dikenal dengan sebutan Fear of Missing Out (FOMO). Pola pikir ini biasanya mendorong kamu untuk melakukan hal yang banyak dilakukan oleh teman-teman sekitarmu atau bahkan yang kamu lihat di media sosial.
Misalnya, teman-temanmu saat ini lagi gemar bermain saham. Melihat hal itu, kamu pun ikut bermain saham tanpa mempelajari dan mencari tahu lebih dulu mengenai saham atau sekiranya saham yang sesuai dengan tujuan finansialmu. Jika begini, biasanya bukan untung yang didapat, melainkan rugi.
Tidak hanya itu saja, FOMO juga bisa meliputi gaya hidup yang secara jangka panjang dapat memengaruhi keuangan kita. Seperti halnya saat semua teman di lingkunganmu memiliki vape keluaran terbaru, lalu kamu pun ikut membeli vape keluaran baru tersebut walaupun sebenarnya belum memerlukannya. Jika kamu serius ingin mencapai target finansialmu, ada baiknya lebih berhemat dan melakukan pengeluaran sesuai kebutuhan agar target finansialmu dapat segera tercapai.
Mengenyampingkan kepentingan jangka panjang demi kebutuhan sesaat
Mungkin banyak dari kamu yang masih memiliki pola pikir keuangan yang lebih memilih untuk memenuhi kebutuhan sesaat yang biasanya bersifat tersier ketimbang berpikir lebih jauh untuk mencapai tujuan jangka panjang. Seperti membeli pakaian kekinian di saat kamu masih memiliki banyak pakaian di lemari. Atau mencicil smartphone terbaru, padahal kamu tidak memerlukannya karena masih ada gawai yang lama.
Untuk dapat mencapai tujuan finansial, memang ada beberapa hal yang harus dikorbankan, salah satunya adalah kepuasan sesaat. Untuk menghindari hal ini, ada baiknya kamu berpikir dua sampai tiga kali sebelum membeli sesuatu. Selain itu, kamu juga bisa membuat skala prioritas kebutuhan kamu, mana yang memang dibutuhkan saat itu juga dan mana yang masih bisa ditunda, atau mana yang bisa memberikan manfaat jangka panjang dan mana yang tidak. Dengan begitu, kamu bisa memilah kebutuhan dan lebih bijak dalam melakukan pengeluaran.
Menyepelekan nominal kecil
Salah satu pola pikir yang sering juga terjadi adalah menyepelekan hal-hal atau nominal kecil, seperti membeli jajanan sore atau bahkan biaya admin saat melakukan transfer ke bank lain. Walaupun nominalnya terlihat kecil, tapi jika sering dilakukan maka akan berdampak besar juga terhadap keuanganmu secara keseluruhan.
Misalnya saja, biaya admin transfer bank sebesar Rp 6.500 untuk tiap transfer. Dengan frekuensi transfer 10 kali dalam sebulan, maka kamu sudah mengeluarkan Rp 65,000. Bayangkan jika hal ini kamu lakukan selama satu tahun penuh, maka kamu sudah menghabiskan hampir 1 juta hanya untuk membayar biaya admin transfer. Begitu juga dengan pengeluaran jajan dan es kopi yang kamu beli setiap hari.
Guna menghindari hal ini, kamu bisa mulai mencatat laporan pengeluaran harian secara rutin dan merinci. Jika kamu melakukan transfer yang dikenakan biaya admin, maka tuliskan biaya admin tersebut. Dengan begitu, kamu bisa mengevaluasi kebocoran-kebocoran kecil yang ada. Selain itu, kamu juga bisa memanfaatkan layanan atau aplikasi digital yang bisa membantumu lebih hemat.
Misalnya, memanfaatkan beragam fitur yang ditawarkan oleh dompet digital, seperti ShopeePay atau yang lainnya yang memungkinkan kamu melakukan transfer ke berbagai bank atau sesama pengguna tanpa biaya admin. Harapannya, kamu bisa mengurangi pengeluaran receh yang dapat mengganggu jika diakumulasi.
Takut untuk Mengakui Kesalahan dan Belajar
Seorang pebisnis dan penulis buku asal Amerika bernama Robert Kiyosaki pernah mengatakan, “Membuat kesalahan tidaklah cukup untuk menjadi hebat. Kamu juga harus mengakui kesalahan itu dan kemudian belajar bagaimana mengubah kesalahan itu menjadi keuntungan.”
Beberapa dari kamu mungkin sudah menyadari beberapa kesalahan pola pikir keuangan di atas, namun masih ragu atau untuk mengubahnya. Bisa jadi karena kamu tidak tahu harus memulai dari mana, merasa takut keluar dari zona nyaman, atau alasan lainnya.
Bagi orang-orang sukses di luar sana, belajar dari kesalahan adalah sebuah pekerjaan rumah atau PR seumur hidup yang terus dikerjakan melalui jutaan pengalaman jatuh-bangun yang tak terhitung dan berbagai improvement di sepanjang jalan. Berbuat kesalahan itu wajar dan jangan biarkan kesalahan menjadi penghambat bagi kita untuk tidak melakukan sesuatu sama sekali.
Itulah empat pola pikir keliru mengenai keuangan yang kerap dialami oleh banyak orang. Setelah mengetahui hal ini, lakukanlah evaluasi terhadap diri kita sendiri dan janganlah takut untuk belajar dari kesalahan tersebut.