Tidak ada yang meragukan keindahan Raja Ampat. Keindahannya diakui oleh dunia internasional. Tiap tahunnya, puluhan ribu wisatawan baik domestik dan mancanegara berkunjung dan menjadi saksi keindahan wisata baharinya.
Namun, ternyata dari kunjungan wisatawan ini masih menyisakan pekerjaan rumah bagi Pemerintah Kabupaten Raja Ampat dan instansi terkait. Bagi Yusdi Lamatenggo, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Raja Ampat, saat ini Raja Ampat masih diselimuti masalah penangkapan ikan yang menggunakan alat-alat ilegal. “Musuh kami disini adalah para nelayan yang menggunakan bom ikan. Wilayah kami ini cukup rawan bagi masuknya para nelayan nakal,” ungkap Yusdi.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, dinas setempat bekerja sama dengan masyarakat lokal untuk memberikan informasi terkait dengan adanya nelayan-nelayan nakal tersebut. Menurut Yusdi pelaku nelayan nakal tersebut adalah warga dari luar Raja Ampat.
Selain masalah keamanan, yang menjadi kendala adalah masalah telekomunikasi. Untuk beberapa wilayah pulau terluar memang sulit untuk mendapatkan sinyal untuk komunikasi.
Lalu, masalah sampah juga terus menjadi permasalahan. Dinas setempat sudah melakukan koordinasi untuk menindak para pelaku pembuang sampah sembarangan. “Tapi, untuk beberapa musim tertentu wilayah perairan Raja Ampat memang dilewati oleh sampah kiriman. Hal ini disebabkan oleh arus laut musiman,” ujar Rusdi.
Terakhir, masalah akses menuju lokasi juga masih sering dikeluhkan oleh para wisatawan. “Mungkin akses dari Jakarta menuju Sorong tidak ada masalah. Yang jadi masalah adalah akses dari Sorong menuju pulau-pulau yang menjadi objek wisata. Kami akui memang biayanya tidak murah untuk menyewa kapal menuju kesana,” jelas Yusdi.
Perjalanan dari Sorong menuju Pulau Waisai bisa ditempuh selama dua jam dengan menggunakan kapal expres yang memiliki jadwal harian.
Editor: Eko Adiwaluyo